Tujuan
Pembelajaran
1. Menemukan informasi baik tersurat maupun tersirat
secara kritis.
2. Membandingkan informasi pada teks laporan hasil
observasi dengan teks eksplanasi yang dibaca.
3. Menggunakan berbagai cara dan referensi untuk
mengidentifikasi makna kata ilmiah baik makna tekstual maupun makna
kontekstual.
Ringkasan
Materi
A.
Informasi dalam Teks Laporan Hasil
Observasi
Laporan
hasil observasi ialah teks yang mengungkapkan fakta-fakta yang didapatkan
melalui proses pengamatan.
Untuk
mengetahui keakuratan data pada teks laporan hasil observasi kita dapat
menggunakan sebuah teks eksplanasi sebagai bahan pembanding informasi. Teks
eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan proses bagaimana dan mengapa suatu
fenomena, baik fenomena alam maupun fenomena sosial, terjadi.
B. Contoh
Teks Laporan Hasil Observasi dan Teks Eksplanasi
1. Contoh
Teks Laporan Hasil Observasi
Kunang-Kunang
Kunang-kunang merupakan jenis
serangga yang dapat mengeluar- kan
cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan dari “sinar
dingin” yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah. Terdapat
lebih dari 2000 spesies kunang-kunang yang tersebar di daerah tropis di dunia.
Kunang-kunang hidup di tempat-tempat
lembab, seperti rawa-rawa, hutan bakau, dan daerah yang dipenuhi pepohonan.
Kunang-kunang juga ditemukan pada daerah perkuburan yang tanahnya relatif
gembur dan tidak banyak terganggu oleh aktivitas manusia. Kunang-kunang
bertelur saat hari gelap. Telur-telurnya yang berjumlah antara 100
hingga 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau
di bawah dedaunan.
Pada umumnya, kunang-kunang akan
keluar pada malam hari, namun ada juga kunang-kunang yang beraktivitas di siang
hari. Mereka yang keluar siang hari ini umumnya ditemukan tidak mengeluarkan
cahaya.
Berdasarkan hasil pengamatan, tubuh
kunang-kunang betina lebih besar dibandingkan kunang-kunang jantan. Tubuh
kunang- kunang terdiri dari tiga bagian: kepala, thorax, dan perut (abdomen).
Kunang-kunang memiliki dua pasang sayap. Sepasang sayap penutup yang
berterkstur keras melindungi sayap di bawahnya sekaligus melindungi tubuh
kunang-kunang. Panjang badannya sekitar 2cm. Hampir seluruh bagian tubuh
kunang-kunang berwarna gelap dan berwarna titik merah pada bagian penutup
kepala. Warna kuning pada bagian penutup sayap, bermata majemuk, dan berkaki
enam.
Makanan kunang-kunang adalah cairan
tumbuhan, siput-siputan kecil, serangga, atau cacing. Bahkan kunang-kunang
memangsa jenisnya sendiri. Makanan bagi hewan penting untuk pertumbuhan. Dengan
makanan pertumbuhan akan maksimal. Asupan yang maksimal dapat memberikan
kebugaran bagi makhluk hidup.
Cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang
tidak berbahaya, malah tidak mengandung ultraviolet dan inframerah. Cahaya ini
dipergunakan kunang-kunang untuk memberi peringatan kepada pemangsa bahwa
kunang-kunang tidak enak dimakan dan untuk menarik pasangannya. Keahlian
mempertontonkan cahaya tidak hanya dimiliki oleh kunang-kunang dewasa, bahkan
larva. Kunang-kunang betina sengaja berkelap-kelip untuk mengundang pejantan.
Setelah pejantan mendekat, sang betina memangsanya. Kunang-kunang jantan lebih
sedikit bercahaya dibandingkan dengan kunang-kunang betina.
Kunang-kunang merupakan penanda
kesehatan sebuah ekosistem
(bioindikator) sehingga dapat membantu manusia untuk menilai apakah sebuah
daerah masih bersih dan alami atau sudah tercemar. Kunang-kunang juga membantu
petani dalam proses penyerbukan dan sebagai pembasmi hama alami.
(Diadaptasi dari: Kadariah, 2017)
Contoh Teks Eksplanasi
Kunang-Kunang yang
Perlahan Menghilang
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience
menyatakan kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan serangga ini terancam punah.
Penyebab pertama kepunahan kunang-kunang adalah
hilangnya habitat hidup kunang-kunang. Kunang-kunang menderita karena habitat
yang menjadi tempat untuk menyelesaikan siklus hidupnya telah menghilang.
Misalnya, kunang-kunang Malaysia (Pteroptyx tener), yang terkenal karena
panjangnya, harus kehilangan habitatnya untuk berkembang biak di kawasan bakau
karena di konversi menjadi perkebunan sawit dan pertanian budidaya.
Dalam
penelitianlainjugadisebutkanbahwapolusicahayamenjadi penyebab kedua terbesar
punahnya kunang-kunang. Penggunaan cahaya buatan pada malam hari, yang semakin
marak selama seabad terakhir, adalah ancaman paling serius kedua bagi
kunang-kunang. Banyak kunang-kunang mengandalkan
bioluminescence, reaksi kimia
didalam tubuh mereka yang memungkinkan untuk
menyala saat menemukan dan menarik pasangan. Banyaknya cahaya buatan dapat
mengganggu fase ini.
Penelitian juga mencatat, tingkat kecerahan dibumi
mengalami peningkatan sebesar 23 persen. Selain itu, Avalon Owens, seorang kandidat
PhD dalam biologi di Universitas Tufts, menyampaikan bahwa polusi cahaya
benar-benar mengacaukan ritual kawin kunang- kunang yang berdampak kepada
regenerasi kunang-kunang.
Penggunaan insektisida juga berperan dalam penurunan
populasi kunang-kunang. Profesor biologi dari Universitas Sussex, Dave Goulson
mengatakan hilangnya habitat menjadi faktor paling utama yang mendorong
kepunahan kunang-kunang, sedangkan pestisida adalah faktor sekunder yang tidak
bisa di kesampingkan.
Selain tiga faktor itu, pariwisata juga memicu
kepunahan kunang- kunang. Di Jepang, Taiwan, dan Malaysia misalnya,
meningkatnya angka wisatawan yang mencapai 200 ribu pengunjung membuat populasi
kunang-kunang menurun. Di Thailand, peneliti juga mengatakan bahwa lalu lintas
perahu motor di sepanjang sungai bakau telah menumbangkan pohon dan mengikis
tepi sungai dan menghancurkan habitat kunang-kunang. Sementara spesies yang
tidak dapat terbang di injak-injak oleh wisatawan di Carolina Utara dan
Nanacampila di Meksiko.
(Diadaptasi dari:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200204163021-199-471585/
habitat-hilang-kunang-kunang-di-ambang-kepunahan)
Contoh Informasi pada teks LHO “Kunang-Kunang”: Kunang-kunang
hidup di tempat- tempat lembab, seperti rawa-rawa, hutan bakau, dan daerah yang
dipenuhi pepohonan (Paragraf 2)
Informasi
pendukung pada teks “Kunang-Kunang yang Perlahan Menghilang”: ...kunang-kunang
Malaysia (Pteroptyx tener), yang terkenal karena panjangnya, harus kehilangan
habitatnya untuk berkembang biak di kawasan bakau.... (Paragraf 2)
C.
Berbagai Cara dan Referensi untuk
Mengidentifikasi Makna Kata Ilmiah
Salah
satu ciri bahasa yang digunakan dalam laporan hasil observasi adalah bahasa
ilmiah. Hal ini tidak lepas dari laporan hasil observasi yang termasuk ke dalam
teks ilmiah.
Untuk
memahami arti kata-kata ilmiah yang jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, kita dapat menggunakan cara-cara berikut.
1.
Makna atau arti kata sering kali
dijelaskan secara langsung atau tersurat dalam teks.
Contoh:
Belalang
anggrek merupakan predator polifagus atau pemakan beberapa jenis mangsa.
2.
Makna atau arti kata dapat kita temukan
dari penjelasan secara tidak langsung dalam teks.
Contoh:
Tonggeret termasuk hewan herbivora. Tonggeret dewasa
mengisap sari makanan dari batang pohon menggunakan mulutnya yang seperti
jarum. Saat masih berbentuk nimfa, tonggeret mengisap cairan dari akar pohon
untuk bertahan hidup.
Dari
teks tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa herbivora berarti hewan yang
memakan tumbuhan atau bagian tumbuhan.
3.
Makna atau arti kata dapat kita dapatkan
dengan menggunakan petunjuk visual yang terdapat dalam teks.
Contoh:
4. Makna
atau arti kata juga dapat ditemukan dengan menggunakan kamus, ensiklopedia,
atau tesaurus, baik dalam bentuk cetak maupun daring.
Contoh:
Tangkapan
layar laman KBBI daring
Contoh
kata ilmiah dan artinya
a. Ooteka: buih putih yang dikeluarkan belalang
sembah untuk melindungi telur-telurnya.
b. Abdomen: bagian tubuh berupa rongga perut
yang berisi alat pencernaan.
c. Membran: selaput, kulit tipis, atau
lembaran bahan tipis yang merupakan pemisah.
d. Nokturnal: keadaan hewan yang sifatnya atau
kebiasaannya aktif terutama pada malam hari.
e. Predator: hewan pemangsa hewan lain.
Sumber
Aulia,
Tri Fadilah dan Gumilar, Sefi Indra. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan
Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan
Badan
Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi