Ijazah Palsu

Ijazah Palsu
 Ijazah Palsu

Hari itu, ponselku berdering. Layar menampilkan nama Azka, sahabat karibku sejak zaman sekolah menengah. "Halo, Azka!" sapaku ramah begitu mengangkat teleponnya.

"Dika, aku butuh saranmu," kata Azka di ujung telepon dengan nada yang agak cemas.

"Apa yang terjadi, Azka? Ceritakan padaku," tanyaku penasaran.

"Ya ampun, Dika, aku bingung! Aku mau punya ijazah, tapi aku takut. Bagaimana caranya?" Azka bertutur dengan cepat.

Sesaat terdiam, aku menghela nafas. "Azka, kamu tahu sendiri bahwa mendapatkan ijazah itu harus melalui proses belajar yang benar. Tidak ada jalan pintas, dan mengambil jalan pintas seperti ijazah palsu hanya akan mendatangkan masalah," ucapku dengan tegas.

"Tapi, Dika, aku butuh ijazah untuk pekerjaan. Aku tidak punya waktu untuk belajar lagi," keluh Azka.

"Azka, percayalah, kesuksesan yang didapatkan melalui jalan yang benar akan terasa lebih berharga. Kalau kamu membutuhkan ijazah, ikutilah jalur yang sesuai. Ada banyak lembaga pendidikan seperti PKBM yang bisa membantu," ujarku mencoba meyakinkannya.

"PKBM? Apa itu?" tanya Azka, terdengar penasaran.

"Azka, PKBM adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Mereka menyediakan program belajar yang fleksibel dan cocok untuk orang dewasa seperti kita. Kamu bisa belajar sesuai dengan kebutuhanmu tanpa harus meninggalkan pekerjaanmu," jelas saya.

Azka terdiam sejenak, lalu mengucapkan, "Terima kasih, Dika. Aku akan pertimbangkan saranmu."

Beberapa minggu berlalu, aku melihat Azka semakin bersemangat dalam mengejar pendidikan. Dia mendaftar di PKBM terdekat dan mulai mengikuti program belajar dengan tekun.

Suatu hari, Azka mengirim pesan padaku. "Dika, aku berhasil! Aku telah menyelesaikan program belajar di PKBM dan mendapatkan ijazah yang sah. Rasanya begitu membanggakan!"

Aku tersenyum bahagia membaca pesannya. "Selamat, Azka! Aku bangga padamu. Sekarang, kamu telah memiliki ijazah yang sesuai dengan usahamu sendiri. Itu jauh lebih berharga dari ijazah palsu, bukan?"

Azka hanya bisa mengirim emotikon senyum sebagai jawabannya.

Dari kisah Azka, aku belajar bahwa kesuksesan yang didapatkan melalui proses yang benar memang memerlukan waktu dan usaha. Tidak ada jalan pintas dalam mencapai cita-cita. Dan aku bersyukur memiliki teman seperti Azka, yang selalu memilih untuk berjuang dengan cara yang benar.

Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

أحدث أقدم