K3 Bidang Pemasaran



Prosedur Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan dalam Bekerja.


Pengertian Prosedur K3
prosedur K3 adalah rangkaian proses yang dijalankan dalam sebuah pekerjaan dimulai dengan penilaian mengenai risiko terkait pekerjaan tersebut. Penilaian risiko berguna untuk menjamin keselamtan dan kesehatan seluruh karyawan selama mereka sedang menyelesaikan tugas di dalam ruang lingkup pekerjaan.

Manfaat Prosedur K3

  1. Menciptakan rasa aman bagi semua karyawan ketika mereka melaksanakan tugas
  2. Prosedur K3 yang diterapkan dengan baik bisa mendatangkan keuntungan untuk perusahaan karena tidak perlu mengeluarkan dana tambahan berupa kompensasi untuk karyawan yang mengalami cedera atau sakit selama bertugas
  3. Penerapan prosedur K3, semua tugas dalam perusahaan dapat berjalan efisien, efektif dan terarah

Siapa Saja yang Wajib Mengetahui tentang Prosedur K3?

Menurut undang-undang, jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu berlaku untuk semua pekerja baik yang beraktivitas di darat, laut, di dalam tanah maupun di udara. Semua karyawan memiliki hak dan kewajiban terkait keselamatan dan kesehatan mereka saat bertugas. Sementara itu perusahaan melalui pengawas atau pengurus K3, wajib mengawasi dan bertanggung jawab pada semua prosedur mulai dari pencegahan hingga penanganan.






Memelihara Personal Hygiene dan Penampilan Diri ( Groming)
Personal Hygiene lebih menitikberatkan pada aspek kebersihan dan kesehatan, sedangkan personal grooming lebih menitikberatkan pada aspek kerapian penampilan seseorang.

Faktor Faktor yang harus dipahami untuk mejaga personal Hygene dan groming.
1. Citra Tubuh

Penampilan fisik seseorang adalah konsep subjektif dari citra tubuh. Citra tubuh memengaruhi cara seseorang mempertahankan hygiene. Adanya perubahan fisik yang disebabkan oleh pembedahan ataupun penyakit, makan dibutuhkan usaha yang lebih untuk tetap mempertahankan hygiene.

2. Praktik Sosial

Kelompok-kelompok sosial dalam pergaulan seseorang dapat sangat memengaruhi hygiene. Saat usia anak-anak, praktik hygiene didapatkan dari orang tua. Kebiasaan hidup di rumah, kebersihan lingkungan rumah, dan bagaimana anak diajarkan cara merawat diri. Seiring dengan bertambahnya usia, pergaulan di sekolah akan merubah cara praktik personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Pendapatan seseorang juga menjadi faktor yang sangat memengaruhi hygiene. Kemampuan seseorang untuk membeli peralatan dan bahan-bahan untuk merawat kebersihan diri dan lingkungan

4. Pengetahuan

Saat ini tidak sedikit seseorang yang tidak paham mengenai pentingnya hygiene bagi kesehatan. Oleh karena itu, faktor pengetahuan juga memengaruhi walaupun pengetahuan itu sendiri tidak cukup untuk memotivasi seseorang untuk menerapkan personal hygiene dalam dirinya.

5. Kebudayaan

Kebudayaan memengaruhi personal hygiene karena cara yang diterapkan di satu daerah dan daerah lainnya akan berbeda. Penggunaan air untuk membersihkan diri setelah dari jamban adalah budaya yang ada di Indonesia. Sedangkan, untuk di negara-negara luar, seperti Jepang, China, dan Korea, cukup menggunakan tissue saja.

6. Pilihan Pribadi

Setiap individu pada dasarnya punya caranya sendiri untuk melakukan perawatan terhadap dirinya, kapan waktu yang tepat, dan dengan apa perawatan diri itu dilakukan.

7. Kondisi Fisik

Pada saat sakit, terutama sakit keras, tentu kondisi fisik akan menurun, sehingga kemampuan untuk merawat diripun berkurang. Perlu bantuan orang lain untuk merawar diri.











Standar Pelayanan Prima

Apa Itu pelayanan Prima ?
Pelayanan prima merupakan tindakan atau upaya yang dilakukan perusahaan atau organisasi tertentu untuk memberikan pelayanan maksimal dengan tujuan agar pelanggan atau masyarakat bisa mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang dilakukan. Pelayanan prima diartikan sebagai service excellent. Bentuk pelayanan prima yang diberikan tentu berbeda-beda, tergantung sektor yang dikelola.

Konsep Pelayanan Prima

Konsep excellent service sendiri didasari dengan konsep triple A yaitu: attitude, attention, dan action. Akan tetapi, konsep excellent service yang baik sebenarnya didasari dengan 7A + S yang diyakini menjadi konsep lengkap dimana tujuan dan implementasi pelayanan prima atau excellent service dapat tercapai.

1.   Attitude (Sikap)

Potret perusahaan, diawali dari kesan pertama yang ditorehkan oleh karyawan perusahaan tersebut, terutama mereka yang berdiri di frontliner atau siapapun yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan. Bagaimana sikap dan pelayanan dari karyawan perusahaan, akan menggambarkan dan memberi citra perusahaan, baik itu langsung maupun tidak langsung. Setiap karyawan suatu perusahaan seharusnya memiliki sikap yang ramah dan menjunjung tinggi profesionalisme pekerjaannya serta memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan. Itulah prinsip pelayanan prima yang pertama, memiliki, menjaga dan meningkatkan sikap yang ramah dan profesional.

2.   Ability (Kemampuan)

Meski pada awalnya bukan konsep dasar, namun di era yang semakin berkembang para karyawan harus memiliki kemampuan (ability). Artinya, karyawan harus memiliki kemampuan untuk melayani konsumen misalnya komunikasi, kemampuan menjual (selling), kemampuan memecahkan masalah dengan cepat, manajemen kecemasan, hingga hal-hal yang lebih praktis misalnya pemanfaatan teknologi informasi.

3.   Attention (Perhatian)

Attention (perhatian) adalah prinsip pelayanan prima berikutnya yang wajib dimiliki semua karyawan, terutama mereka yang bersentuhan langsung dengan pelanggan. Attention merupakan bentuk kepedulian kepada pelanggan atau tamu, yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta pemahaman atas saran dan kritik yang diberikan. Dalam melakukan aktivitasnya, seorang karyawan haruslah senantiasa memperhatikan dan mendahulukan keinginan pelanggan, termasuk di dalamnya tamu perusahaan tersebut. Apalagi jika pelanggan atau tamu tersebut sudah menunjukan tanda membutuhkan bantuan atau pelayanan, maka seharusnya karyawan tersebut bergegas atau menunjukan atensi untuk segera melayani dengan cepat dan baik.

4.   Action (Tindakan)

Hal yang perlu dilakukan di tahap action ini adalah, melakukan tindakan nyata untuk memastikan apa yang menjadi kebutuhan / keinginan pelanggan / tamu, jika kurang yakin dan lebih baik lakukan konfirmasi dengan sopan. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencatatan, apalagi jika permintaan tersebut cukup beragam, dan jika hal ini adalah bagian dari transaksi, maka permintaan tersebut bisa dicatat di form yang harus sudah disiapkan. Jangan lupa untuk mengucapkan termakasih, dan tanyakan apa masih ada hal lain yang bisa dibantu, sembari mengatupkan tangan sebagai tanda menghormati dan menghargai. Jadi menjalankan prinsip keempat dari pelayanan prima, yaitu action sangat penting, sebagai bentuk nyata dari sebuah kepedulian (attention).

5.   Accountability (Tanggung Jawab)

Konsep pelayanan prima berikutnya adalah accountability atau tanggung jawab, yaitu sikap keberpihakan kita kepada pelanggan / tamu / mitra kerja sebagai bentuk rasa empati dan kepedulian kita. Sikap tanggung jawab ini jika dilaksanakan dengan benar dan sepenuh hati, maka bisa meminimalkan terjadinya ketidakpuasan pelanggan, tamu atau mitra perusahaan.

6.   Appearance (Penampilan)

Penampilan karyawan baik secara fisik maupun non fisik merefleksikan kredibilitas perusahaan, maka dari itu penting untuk selalu menjaga penampilan ini. Standar penampilan harus dibuat oleh perusahaan, dan setiap karyawan harus menjalankannya, apalagi saat bertemu dengan pelanggan atau tamu.

7.   Sympathy (Simpati)

Hal terakhir yang menjadi konsep dasar excellent service adalah rasa simpati. Terkadang sudah secara profesional melakukan pelayanan prima namun karena kurangnya simpati yang dimiliki, proses pelayanan pun tidak berjalan dengan baik. Simpati sendiri adalah sikap dimana Anda bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.


 













Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

أحدث أقدم