Ketika Anak Mengalami Perundungan Inilah yang Bisa Orang Tua
Lakukan –
Saya masih mengingat bagaimana tangis putri saya meledak ketika menelepon saya
sekitar 5 tahun lalu saat dia masih duduk di sekolah dasar. Di sela-sela isak
tangisnya, dia menceritakan bagaimana kawan-kawannya mengejeknya di grup
Whatsapp dan ini peristiwa kesekian dia dikecewakan oleh kawan-kawannya.
Kilas Balik Perundungan
dan Reaksi yang Tepat
Tiga tahun lalu, saat
duduk di kelas 1 SMP, putri saya mengalami perundungan lagi oleh sekelompok
siswi di kelasnya. Upaya menguatkannya tidak sepenuhnya berhasil karena 3 siswi
di kelasnya berulang kali melakukannya kepada Athifah dan siswi-siswi lain.
Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk melaporkannya kepada wali kelas dan
guru BK.
Sekarang Athifah duduk di
kelas 1 SMA. Sepengamatan saya, dia bisa bereaksi atas perlakuan teman-temannya
dengan wajar. Di antara teman-teman sekelasnya ada anak yang (sepertinya) punya
hasrat tinggi untuk melakukan kekerasan
dan ada juga yang toxic. Salah satunya ingin merundungnya lagi dan lagi
…
Alhamdulillah upaya anak itu gagal
karena Athifah melakukan penolakan yang tegas. Sebelumnya, anak itu ingin
memanfaatkan Athifah dengan menolak bekerja sama pada kerja kelompok yang
diketuai Athifah. Dia tidak mau ikut mengerjakan laporan, tidak mau presentasi,
tidak mau mengerjakan tugas, dan tidak mau ikut urunan ongkos print.
Alhasil namanya Athifah
coret dari daftar peserta kerja kelompok karena semua instruksi ditepisnya. Sempat
terjadi adu mulut ketika anak itu mengeluarkan kata-kata makian yang kotor dan
membanting uangnya di hadapan Athifah tetapi anak itu akhirnya pergi dan mengambil
kembali uangnya karena Athifah berkeras tidak mau menerima uangnya sebab sudah
terlambat karena laporan sudah diterima guru kelas. Alhamdulillah, kali
ini putri saya bisa mengambil reaksi yang tepat kepada pelaku.
Kisah mengenai putri saya
yang pernah di-bully saya angkat sedikit saat
memulai praktik presentasi di hari kedua Training of Trainer (ToT)
Fasilitator Ibu Penggerak pada 12 November 2022 kemarin. Dalam jangka waktu
5-7 menit, dengan 5 slide, saya mencoba menyampaikan bahwa bully itu
nyata dan bisa terjadi pada siapa saja. Lalu bagaimana menghadapinya?
3 Dosa Besar
Pendidikan
Perundungan adalah salah
satu dari 3 “dosa besar” yang menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan
yang menurut Mas Menteri Nadiem Makarim yang harus diselesaikan. “3 dosa besar”
yang dimaksud adalah intoleransi, perundungan (bully) dan, kekerasan
seksual.
Sedemikian besar perhatiannya sampai-sampai dibentuk layanan untuk pelaporan,
yaitu: portal LAPOR (kemdikbud.lapor.go.id).
Sebelumnya, ketika
mengikuti Pelatihan Ibu Penggerak secara daring selama 5 hari, materi 3 Dosa
Besar Pendidikan merupakan materi yang paling menarik bagi saya. Respon para
ibu-ibu peserta pelatihan juga ramai. Begitu pun saat materi ini dihadirkan
sebagai penguatan di hari pertama ToT Fasilitator Ibu Penggerak tanggal 11
November lalu di Tangerang.
Coba deh kalian browsing
di Google search engine dengan mengetikkan entry “nadiem,
dosa besar pendidikan” atau “3 dosa besar pendidikan”, niscaya
kalian mendapatkan banyak link yang
menjelaskan sikap Mas Menteri mengenai 3 hal tersebut: Mas Menteri Nadiem
tegaskan akan basmi tiga dosa besar di sistem pendidikan nasional!
Pemberantasan
3 Dosa Besar dalam Kurikulum Merdeka
Nah, pembasmian 3 dosa besar
ini sejalan dengan visi merdeka belajar dalam Kurikulum Merdeka,
yaitu:
Mewujudkan lingkungan satuan pendidikan aman, nyaman,
dan merdeka dari kekerasan, termasuk perundungan, intoleransi, dan kekerasan
seksual serta menjunjung tinggi keragaman dan inklusivitas demi
terwujudnya SDM unggul dengan profil Pelajar Pancasila.
Ini nih menariknya
Kurikulum Merdeka menurut saya. Dalam materi Profil Pelajar Pancasila
dipaparkan mengenai karakter yang ingin dibangun dalam pengimplementasian
kurikulum ini. Selain itu, dalam materi 3 Dosa Besar Pendidikan, saya jadi tahu
bagaimana seriusnya Kemdikbud dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul
akibat intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual.
Ketiga hal tersebut saling
berkaitan dan sama-sama masuk dalam “ranah kekerasan” yang bisa terjadi
pada siapa saja, di mana saja. KEKERASAN bisa kita kenali melalui keyword “paksaan”
dari satu/lebih pihak terhadap pihak
lain dalam perbuatan yang bertujuan untuk memiliki kuasa atas pihak yang dipaksa.
Definisi
Intoleransi, Perundungan, dan Kekerasan Seksual
Yuk, mari lihat benang
merah “kekerasan” dalam 3 sekawan ini dari definisi. Jelaslah terlihat posisi
korban intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual berada dalam posisi
terintimidasi oleh pihak yang “merasa berhak memaksa”:
Definisi
intoleransi[1]
Intoleransi adalah keengganan
untuk menerima pandangan, keyakinan, atau perilaku yang berbeda dari miliknya.
Definisi
perundungan[2]
Perundungan atau bullying merupakan perilaku
agresif menyerang, mengganggu, mengusik, mengucilkan, menindas, atau
menyusahkan yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus oleh seseorang atau
kelompok yang lebih kuat atau lebih berkuasa terhadap orang atau kelompok lain
dengan tujuan untuk menyakiti dan menimbulkan rasa tidak berdaya, dan
berpotensi berulang.
Definisi
kekerasan seksual[3]
Kekerasan Seksual adalah
setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh,
dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender,
yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk
yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan
melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal.
Bentuk-bentuk kekerasan
adalah fisik, seksual, psikologis, atau pengabaian/penelantaran. Dalam struktur
tipologi kekerasan, kekerasan bisa terjadi pada diri sendiri (upaya bunuh diri,
melukai diri sendiri), antar individu (keluarga, komunitas), atau kelompok
(sosial, politik, ekonomi).
Sayangnya, kadang-kadang
kita tak menyadari terjadinya kekerasan sehingga kurang tepat bereaksi. Untuk
itulah pentingnya belajar dan menjadi pembelajar agar punya pengetahuan dan
kesadaran sehingga nantinya bisa mengambil solusi yang tepat.
Peran Orang
Tua dalam Mengatasi Perundungan yang Terjadi pada Anak
Dalam menyimak dan membaca
materi perundungan selama mengikuti
pelatihan Ibu Penggerak, ingatan saya berkelebat di masa-masa ketika 2 dari 3
anak saya mengalami bullying. Sekian tahun berlalu dan kini saya
mengetahui bahwa langkah-langkah saya dan suami dalam mendampingi mereka ketika
hal tersebut terjadi sudah tepat.
Well, yang kami lakukan adalah DENGARKAN,
DUKUNG, LAPORKAN. Ternyata 3 hal inilah yang dijelaskan dalam pelatihan Ibu
Penggerak yang saya ikuti bulan Oktober lalu via daring, dilanjutkan dengan ToT
Fasilitator Ibu Penggerak tanggal 11-13 November lalu di Tangerang.
Ketika mendampingi
masa-masa pasca perundungan, saat mendengarkan meskipun pedih, yang kami lakukan adalah
mendengarkan dengan cara berkomunikasi dua arah dan merespon dengan empati,
tidak menyalahkan, dan tidak mengintimidasi anak-anak ketika baru mengetahui
peristiwa yang mereka alami.
Dalam mendukung yang kami
lakukan adalah mengumpulkan bukti, membantu rencana tindak lanjut, tidak
menganjurkan membalas pelaku, hingga melangkah ke pelaporan, yaitu melaporkan
kepada pihak sekolah, dalam hal ini guru BK. Bersyukur saat itu pihak sekolah
menerima laporan dan memprosesnya dengan cukup baik.
By the way, jika ada yang mengalami
respon yang tidak baik ketika melaporkan kepada pihak sekolah maka bisa
melaporkan dengan cara lain yaitu: portal LAPOR yang sudah saya sebutkan di
atas (https://kemdikbud.lapor.go.id/). Bisa juga dengan melaporkan di layanan
SAPA di nomor hotline 129, unit pelayanan di daerah (misalnya UPT PPA /
P2TP2A), dan Dinas Sosial atau Dinas Pendidikan di daerah masing-masing.
Oya, satu lagi … saya menganggap
perlu menambahkan satu lagi: DOA. Karena tidak mungkin mendampingi dan
mengontrol anak-anak selama 24 jam sehari, 7 hari sepekan maka DOA adalah salah
satu peran ibu yang in syaa Allah akan menjaga keselamatan anak-anak.
Nah, kalian punya pengalaman
yang serupa dengan yang saya ceritakan di atas? Share yuk apa yang
kalian lakukan, semoga bisa membantu orang-orang yang sedang mencari solusi.
Makassar,
November 2022
Keterangan:
Referensi tulisan berasal
dari: Sidina Community (IG: @sidina.community),
Kemendikbudristek, dan Puspeka, Cerdas Berkarakter.
Baca juga:
- Anak
Galak Tetap Mendapat Bullying: Waktunya Orang Tua Bertindak - Melawan
Pedih, Mengatasi Bullying - Mengapa
Anak Saya Mengalami Bullying?
[1] Sumber definisi intoleransi: dictionary.com.
[2] Sumber definisi perundungan: American Psychological Association (2022).
[3] Sumber definisi kekerasan seksual: https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual