Konsep Dasar Membaca Pemula dan Pohon Kata

 Oleh, Eva Rina

  1. Membaca Permulaan

    1. Pengertian Membaca Permulaan 

Yunus mengartikan bahwa membaca adalah aktivitas agar dapat memperoleh informasi yang disampaikan didalam bahan bacaan, produk membaca merupakan hasil dari proses membaca yakni pemahaman atas isi bacaan (2012: 148).

Membaca permulaan menurut Ahmad Susanti (2011:83) adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah program ini merupakan perharian perkataan – perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak, bahan – bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan menarik sebagai perantaraan pembelajaran.


Dari uraian diatas menurut penelitian yang dilakukan oleh Ari Musodah kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal lambang tulisan yang menitik beratkan pada aspek kemampuan membaca. Indikator yang diteliti yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama dan kemampuan membaca kata

Sedangkan menurut Adhariana Dian Pertiwi (2016) membaca permulaan adalah    kemampuan membaca reseptif yang dilalui anak usia dini untuk mempersiapkan keterampilan membaca anak sebelum memasuki sekolah dasar.

Membaca permulaan lebih ditekankan kepada pengembangan kemampuan dasar membaca, kemampuan dasar tersebut yaitu kemampuan untuk menyuarakan huruf, suku kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan kedalam bentuk lisan, Membaca permulaan merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menerjemahkan simbol atau gambar kedalam suara yang dikombinasikan dengan kata – kata, anak yang menyukai gambar, huruf dan buku cerita sejak dari awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar. 

Perlu kita ketahui bahwa karakteristik materi tahap awal membaca yaitu pendek dan dapat diperkirakan, berulang – ulang, menggunakan bahasa yang sederhana, menggunakan irama, teksnya sederhana, mudah diingat, gambar dan teks sesuai, serta gambar sangat dominan (Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Formal dan Non Formal, 2010 : 24)

Secara teoritik proses membaca permulaan  dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :

  1. Visual Memory (VM)

Pada tahap ini huruf suku kata, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis.

  1. Phonological Memory (PM)

Pada tahap ini terjadi proses pembunyian lambang grafis yang sudah terekam pada tahap VM

  1. Smantic Memory (SM)

Pada tahap ini terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Merujuk pada proses tersebut membaca permulaan dapat di definisikan sebagai aktivitas visual yang merupakan proses yang menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi. Simbol tulis tersebut berupa huruf, suku kata, kata dan kalimat (Rasto, 2021).

Bunyi bahasa disebut juga dengan istilah fon. Menurut penggolongannya fonem bahasa dibagi menjadi tiga bagian : 

  1. Vokal

Bunyi vokal adalah fonem a, i, u, e, o

  1. Diftong

Bunyi diftong adalah ai,au,oi yang masing masing dapat dituliskan ay,aw,oy

Contohnya : cukai dibaca cukay, harimau dibaca harimaw, sekoi dibaca sekoy

  1. Konsonan

Huruf konsonan ada 21 buah yaitu, b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y, dan z (dekdikbud, 1995 : sudarno 1990)


  1. Tujuan Membaca Permulaan 

Tujuan membaca permulaan adalah agar anak – anak usia dini dapat mengenal huruf  serta membaca kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat 

Sedangkan Menurut Herusantosa (dalam K. Istarocha, 2012: 14), tujuan pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Soejono (Lestary, 2004: 12), tujuan mengajarkan membaca permulaan pada anak adalah:

a. Mengenalkan anak pada huruf – huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi 

b. Melatih keterampilan anak dalam mengubah bentuk huruf menjadi bentuk suara

c. Pengetahuan huruf –huruf dalam abjad dan ketrampilan menyuarakan wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika anak belajar membaca lanjut.

Maka tujuan dilakukannya membaca permulaan dengan media pohon kata adalah untuk meningkatkan minat membaca dan menulis anak – anak usia dini agar belajar membaca tidak lagi menjadi suatu hal yang membosankan dan melelahkan, karena pada dasarnya tugas anak adalah bermain sambil belajar . Belajar membaca dan menulis melalui permainan kata diharapkan dapat merangsang anak – anak usia dini berfikir dalam merangkai huruf menjadi sebuah kata sederhana sesuai dengan tingkat perkembangannya, selain itu anak – anak diajak belajar sambil bermain karna setiap anak aktif dalam proses pembelajaran 

  

  1. Tahapan Perkembangan Membaca Anak Usia Dini

Kemampuan membaca anak akan jelas perbedaanya sesuai dengan usia dan tahapan pencapaiannya. Menurut Steinberg (dalam Akhmad Susanto, 2011:90) mengatakan bahwa kemampuan membaca anak usia dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu : 

  1. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan 

Pada tahap ini anak mulai belajar dengan buku dan menyadari bahwa buku itu penting, melihat dan membalik-balikkan buku dan kadang-kadang ia membawa buku favoritnya. 

  1. Tahap membaca gambar 

Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai pembaca dan memulai libatkan diri dalam kegiatan membaca seperti pura-pura membaca, membolak-balikan buku, dan membaca gambar pada buku yang di pegangnya.), 

  1. Tahap pengenalan bacaan 

Pada tahap ini anak usia Taman Kanak-kanak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa ,seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata) dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda dilingkungannya 




  1. Tahap membaca lancar 

Pada tahap ini anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.


Sedangkan menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2014 Tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini mengenai tingkat pencapaian perkembangan kemampuan membaca tercantum pada lingkup perkembangan keaksaraan, tingkat pencapaian tersebur dapat terlihat pada tabel 1 sebagai berikut :


Tabel 1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Berdasarkan Permendiknas No.137 Tahun 2014

Lingkup Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Keaksaraan Awal

  1. Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal

  2. Mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya

  3. Membuat coretan yang bermakna

  4. Meniru (Menuliskan dan mengucapkan) huruf A-Z

    








Tabel 2. Muatan Ajar Usia 4-5 Tahun Kurikulum 13

Kompetensi Dasar (KD)

Muatan Pembelajaran

Indikator

3.12  Mengenal keaksaraan awal melalui bermain


4.12 Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai bentuk karya

3.12.1. Huruf vokal dan konsonan

3.12.2. Huruf awal sama

3.12.3. Gambar cerita

3.12.4. Menggerakkan   jari-jari tangan

4.12.1. Pengenalan huruf- huruf dari namanya sendiri 

4.12.2. Pengenalan kata- kata yang mempunyai huruf awal sama 

4.12.3. Menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya (tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya) 

4.12.4. Membuat garis tegak,datar, zig-zag, lengkung dll

  1. Menulis huruf-huruf yang dicontohkan dengan cara meniru


  1. Menceritakan isi buku walaupun tidak sama tulisan dengan bahasa yang diungkapkan 


  1. Menghubungkan benda – benda konkret dengan lambang bilangan 1 – 10



Ahmad Susanto (2011 : 89) menyatakan lagi bahwa pembelajaran membaca di taman kanak – kanak harus dilaksanakan dengan benar – benar sistematis, artinya sesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajaran dan alat – alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan harus diperhatikan dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting sebab bila anak mengalami kegagalan pada periode ini akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak baik keterampilan ekspresif maupun reseptif. 

Rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan anak. Saat anak melakukan sesuatu sesungguhnya ia sedang mengembangkan berbagai aspek perkembangan / kecerdasannya.

Menurut Abdurrahman M (2012: 201) membagi lima tahapan dalam membaca, yaitu ;

  1. Kesiapan Membaca. 

Kesiapan membaca memiliki arti sebagai mental anak yang sudah siap untuk belajar membaca. Pada umumnya anak sudah memiliki kesiapan membaca pada usia 6 tahun, akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesiapan membaca sudah terjadi pada masa anak duduk di usia taman kanak-kanak Pada tahap ini anak mulai memusatkan perhatiannya pada satu atau dua aspek dari suatu kata, seperti huruf pertama yang ada pada suatu kata dan gambarnya. Anak juga mungkin akan menyadari bahwa huruf pertama tersebut sama dengan namanya. Anak yang bernama Toni mungkin saja membaca tulisan “Tani” menjadi “Toni” dengan menyadari hal ini bahwa huruf dapat dirangkai menjadi kata maka anak akan menyenangi bermain dengan huruf dan bunyi huruf, pada tahap ini bimbingan dari orang-orang disekitar anak sangat diperlukan, seperti bantuan dalam mencari huruf, menyebutkan bunyinya atau menyebutkan bunyinya kemudian mencari hurufnya. Selanjutnya merangkai huruf dan menyebutkan kata yang dirangkai oleh huruf tersebut, kegiatan-kegiatan semacam ini dapat mudah dilakukan dengan menggunakan media seperti kartu Alfabet, buku cerita sederhana, dan gambar-gambar yang relevan.



  1. Membaca Permulaan. 

Pada tahap membaca permulaan ini dimulai sejak anak masuk kelas satu Sekolah Dasar, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Akan tetapi ada anak yang sudah melakukannya di taman kanak-kanak dan paling lambat pada waktu anak duduk di kelas dua sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai mempelajari kosa kata dan dalam waktu yang bersamaan anak belajar membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.


  1. Ketrampilan Membaca Cepat. 

Pada tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar terjadi pada saat anak duduk di kelas tiga SD. Anak sudah menguasai atau memahami kerterampilan membaca memerlukan pemahaman simbol dengan bunyi. Anak juga sudah mampu membaca 100-140 kata per menit dengan kesalahan sedikit. 


  1. Membaca Luas. 

Pada tahap membaca luas terjadi pada anak ada di bangku kelas empat sampai lima sd. Anak sudah gemar dan menikmati kegiatan membaca. Anak akan membaca berbagai variasi buku bacaan seperti majalah maupun buku cerita dengan penuh motivasi untuk memudahkan mereka dalam membaca. Pada tahap ini guru maupun orang tua harus memperkaya kosa kata anak, menganalisis struktur kalimat atau mereviu berbagai sumber bacaan.


  1. Membaca yang Sesungguhnya. 

Pada tahap membaca yang sesungguhnya akan terjadi pada anak yang sudah duduk di SD dan berkelanjutan hingga dewasa. Mereka tidak membaca untuk beljar membaca akan tetapi membaca sebagai pemahaman anak mengetahui, mempelajari bidang studi tertentu. Kemahiran membaca setiap anak akan sesuai pada latihan membaca sebelumnya


  1. Metode Mengenal Bentuk Dalam Membaca Permulaan

Menurut Gibbons (1993) Dalam membaca, anak belum mengenal bentuk. Maka anak sering melakukan kesalahan membaca. Ketika anak belajar membaca dia terlebih dahulu membaca gambar. Pada masa belajar membaca anak masih memiliki pemahaman yang buruk, berdasarkan karakteristik tersebut guru hendaknya memperhatikan permasalaham penting dalam meningkatkan keterampilan berbahasa anak, misalnya ketika akan mengenalkan atau mengajarkan pada anak tentang membaca, gunakan konteks kata yang bermakna. Contoh : mengenalkan huruf /a/, /n/, dan /i/, gunakan konteks kata /nani/. 

Pengertian membaca bagi anak usia dini adalah melihat gambar atau tulisan yang belum tahu maknanya . Dengan demikian ketika anak ingin menulis, bentuk dan wujud nya masih dalam bentuk yang masih sangat sederhana. 

Tes kesiapan membaca menurut space dan space (1986) dalam spodek dan sarocho yang dirangkum dalam pengembangan bahasa anak usia dini (Eni zubaedah : 2019) berupa sejumlah indikator berupa ungkapan yang bagus, keterampilan mendengarkan yang baik, perilaku emosional dan sosial, serta minat untuk belajar membaca. 

Sebaiknya jangan kenalkan anak pada huruf huruf kapital terlebih dahulu sebab ini akan membingungkan anak, karena ketika anak mulai menjadi siswa SD, mereka menghadapi bacaan yang semuanya menggunakan huruf kecil. Akan tetapi, secara berangsur angsur ketika anak seharusnya sudah dapat membaca mereka harus mulai dikenalkan huruf huruf kapital dan sekaligus cara menggunakannya.  Secara fisik bentuk huruf besar dan kecil memang berbeda, meskipun demikian, huruf besar tersebut boleh dikenalkan secara tidak langsung kepada anak. Misalnya dengan cara menempelkan perbandingan hurif - huruf tersebut didinding kelas. Jika sewaktu waktu huruf tersebut diperlukan kehadirannya, guru tinggal menunjukan kepada anak (Eni Zubaedah : 2019).

Depdikbud (1995/1996 : 14-17) juga menguraikan bahwa untuk mengajarkan membaca permulaan ada 6 metode. Keenam metode tersebut adalah 

  1. Metode Abjad

Dalam mengucapkan huruf – huruf nya sesuai dengan abjad, contonya ‘a’, ‘b’,  ‘c’ Dan seterusnya.

  1. Metode Bunyi

Dalam mengucapkan huruf huruf nya sesuai dengan bunyinya contohnya, na-ni   ‘nani’

  1. Metode Suku Kata

Langkah – langkah penerapannya seperti kata ‘papa’ diuraikan menjadi ‘p-a-p-a’

  1. Metode Kata Lembaga

Pada metode kata lembaga ini terjadi proses penguraian dan perangkaian maka metode ini juga dikenal dengan metode kupas-rangkai (sebagai lawan dari metode suku kata yang sering disebut juga dengan metode Rangkai Kupas yang disampaikan oleh Amin tahun 1995). Sebagian orang juga menyebutnya dengan metode kata atau metode kata lembaga yang memiliki arti kata semula (Nurjannah N : 2016)

nani

na    ni

n   a   n   i

na   ni

nani


  1. Metode global

Sistem  pengajaran  menggunakan  metode  Global  (Gestalt)  yaitu guru  menulis  di  papan  tulis  cerita tersebut,  sambil  menunjuk  tulisannya  menggunakan  tongkat  kecil kemudian   siswa   menirukannya. Setelah diulangi beberapa kali, siswa sudah  mulai  hafal  dengan  cerita tersebut, kemudian siswa maju satu persatu  ke  depan  untuk  membaca sambil  menunjuk  tulisannya.  Inti dari  metode  inibahwa  cara  mengajarkan membaca dimulai dari suatu hal yang global dulu yaitu paragraf kemudian  mengerucut  ke  kalimat, dari kalimat menjadi kata, selanjutnya baru huruf (Ahmad Agung Yuwono Putro : 2013)

  1. Metode struktural analitik sintetik (SAS)

Menurut Alfian (2008), langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan menggunakan metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut: 

Membaca permulaan tanpa buku 

Pada tahap ini, guru menggunakan alat atau media kecuali buku. Langkah – langkah dalam pembelajaran membaca permulaan tanpa buku adalah sebagai berikut :

  1. Merekam Bahasa Siswa

Pada saat awal masuk pembelajaran, guru menulis kata-kata siswa sebagai bahan pelajaran dalam pembelajaran membaca permulaan agar siswa tidak mengalami kesulitan.

  1. Menampilkan Gambar Sambil Bercerita

Di dalam kelas biasanya terdapat gambar-gambar yang dipasang di dinding kelas. Guru dapat menampilkan gambar tersebut sebagai bahan cerita yang dimulai melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan dari guru yang kemudian siswa mengemukakan kalimat sehubungan dengan gambar. Guru menunjukkan sebuah gambar kepada siswanya sambil mengucapkan kalimat, misalnya gambar pahlawan. 

  1. Membaca Gambar Dengan Kartu Kalimat 

Pada tahap ini, guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar. Siswa dapat melihat gambar dan tulisan secara keseluruhan yang ditempel oleh guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda untuk setiap gambar.

 

Pada saat membaca gambar dan tulisan, proses struktural (S), analitik (A) dan sintetik (S) adalah sebagai berikut: 

  1. Proses Struktural (S) 

Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian sedikit demi sedikit dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu-kartu kalimat yang terlihat oleh siswa. Siswa mulai belajar membaca secara struktural kartu kalimat.

  1. Proses Analitik (A)

Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap ini mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Melalui tahap analitik ini, siswa diharapkan mampu mengenali huruf-huruf yang terdapat pada kalimat yang telah dibacanya.

Contoh:

ini sepeda

i - ni se - pe - da

i - n - i s - e - p - e - d – a

 

 

 

  1. Proses Sintetik (S) 

Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat.

Contoh:

i - n - i  s - e - p - e - d - a

i - ni se - pe - da

ini sepeda

 

  1. Konsep Teori Media Pohon Kata

    1. Pengertian Media Pembelajaran

Rudi Sumiharsono dan Hisbiyatul Hasanah (dalam H. Malik, 2017 : 10) mengemukakan bahwa media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat  merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan pembelajaran dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu

“Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang dapat menyajikkan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Azhar Arsyad (2013 : 4)

Menurut Azhar Arsyad (dalam Gagne’ dan Briggs 2013 : 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset. video camera, video recorder, flim, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. 

Dalam berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan dalam membantu proses penyampaian materi  pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai .

Media pohon kata merupakan salah satu kegiatan membaca permulaan. Dengan gambar dapat memudahkan anak tertarik terhadap kegiatan “membaca” gambar, simbol, dan logo di sekitarnya.

.

  1. Manfaat Media Pembelajaran 

Menurut Azhar Arsyad (dalam Sudjana & Rivai, 2013 : 28) mengemukkan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

  1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

  2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

  3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran

  4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.


Menurut Azhar Arsyad (dalam Hamalik, 2013: 28-29) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:

  1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

  2. Memperbesar perhatian siswa.

  3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

  4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

  5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.

  6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.

  7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.


Media  pohon kata merupakan permainan menggunakan kartu huruf bergambar yang digunakan untuk mempermudah anak dalam mengenal dan memahami huruf dalam pengembangan membaca permulaan. Kelebihan dari permainan tiga berderet adalah 1) mudah dimainkan, 2) anak lebih cepat paham huruf, 3) cocok untuk digunakan dalam permainan membaca permulaan anak


2.1.2.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (dalam Leshin, Pollock & Reigeluth, 2013 : 38) mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok, yaitu: 

  1. Media berbasis manusia (guru, insruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field-trip);

  2. Media berbasis cetak (buku penuntun, buku latihan (workbook), alat bantu kerja, dan lembaran lepas);

  3. Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transportasi, slide);

  4. Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi); dan

  5. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).


Menurut Saifuddin (2018 : 132 - 133) media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 6, yaitu sebagai berikut:

  1. Media Visual

Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual. Jenis-jenis media visual, antara lain gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta atau globe, papan planel, dan papan buletin.

  1. Media Audio

Media audio adalah jenis media yang berhubungan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan pada lambang-lambang, auditif. Jenis-jenis audio, antara lain radio dan alat perekam atau tape recorder.

  1. Media Proyeksi Diam

Media yang tidak dapat diproyeksikan seperti gambar diam, media grafis, media flash card, media model, dan media real.

  1. Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual

Merupakan kombinasi dari media audio dan media visual sehingga media tersebut dapat dinger sekaligus dapat dilihat. Contohnya dari media audio visual ini adalah televisi, dan vidio.

  1. Multimedia

Vaughan, 2004 (melalui Saifuddin, 2018 : 133) menjelaskan bahwa “Multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, komputer. Sedangkan menurut Heinich, dkk, 2005 (melalui Saifuddin, 2018 : 133) menyatakan bahwa “multimedia merupakan penggabungan atau peng-integrasikan dua atau lebih format media yang terpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer.

  1. Benda

Menurut Rachmawati, 2010 (melalui Saifuddin, 2018 : 133) benda-benda yang ada di alam sekitar dapat juga digunakan sebagai media pembelajaran, baik itu benda asli ataupun benda tiruan.


  1. Langkah Pembelajaran Media Pohon Kata

Pelaksanaan pembelajaran dengan permaianan pohon kata ini adalah sebagai berikut : 

  1. Membaca Kata

    1. Ajaklah anak belajar sambil bermain.

    2. Buatlah beragam kata dan gambar yang sesuai kata dari kertas karton yang dipotong-potong.

    3. Kenalkan anak pada kata-kata tersebut, mulai 1-5 kata dahulu. Jangan paksa anak menghafal semua kata, karena memori otak anak perlu proses untuk menyimpan data.

    4. Pengenalan 1-5 kata tersebut secara berulang-ulang dan acak, dengan cara mengenalkan hurufnya satu persatu lakukan sampai anak mengingat huruf tersebut.

    5. Setelah itu cocokan huruf yang ada pada kata tersebut satu persatu dengan cara menyusun huruf menjadi kata yang sesuai dengan kartu gambar pada media pohon.

    6. Ketika anak sudah mengetahui huruf serta menghafal kata, coba lakukan latihan kecil. Tunjukkan salah satu kata dan minta agar anak menyebutkannya dan menyusun huruf lagi pada pohon kata.


  1. Mencocokkan Gambar Dengan Kata

    1. Setelah anak dapat menghafal kata. Langkah selanjutnya   mencocokkan kata      dengan gambarnya.

    2. Guru menjelaskan cara permainan pohon kata.

    3. Setelah anak mengerti, lakukan permainan mencocokkan  kata dengan gambar-gambar yang berada dipohon.


  1. Konsep Teori penggunaan Media Pohon Kata dengan Kemampuan  Membaca Permulaan  Anak Usia Dini

Kemampuan membaca merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menerjemahkan simbol atau gambar kedalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata. Anak yang menyukai gambar, huruf dan buku cerita dari sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca yang lebih besar. Hal ini dikarenakan anak tahu membaca memberikan informasi baru dan menyenangkan. 

Pengenalan kata utuh sekaligus gambar yang sesuai dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan anak usia dini akan memberikan hasil yang maksimal karena memadukan antara pendengaran, pengucapan dan penglihatan sehingga anak lebih cepat menangkap pesan yang disampaikan dan pembelajaran yang diperoleh lebih bermakna serta menyenangkan.


  1. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian Ari Musodah, judul Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga. Tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 24 anak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan anak dalam membaca permulaan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif menggunakan model penelitian dari Kemmis dan McTaggart yang dilakukan dalam dua siklus. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika persentase masing-masing indikator kemampuan membaca permulaan pada anak telah mencapai ≥80% dengan kriteria baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Pada tahap pratindakan persentase rata-rata ketercapaian anak baru mencapai persentase 42,59%, pada pelaksanaan siklus I presentase yang dicapai sebesar 68,34%, dan pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus II sebesar 95,57%. Peningkatan dari pratindakan ke siklus I sebesar 25,75%, dan peningkatan dari siklus I ke Siklus II sebesar 27,23%.31

Perbedaan pada penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada media yang digunakan dan jenis penelitian serta teknik analisis data. Penelitian Ari Musodah adalah Penelitian Tindakan Kelas. Sementara penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian Kualitatif. Media yang digunakan peneliti adalah kartu huruf dan kartu gambar dengan menggunakan media pohon. Sementara media yang digunakan oleh Ari Musodah yaitu kartu huruf saja.


Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

أحدث أقدم