2021 #6: Mengenal Sejarah Bahasa Indonesia

Judul:  Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia
Penulis:
Harimukti Kridalaksana
ISBN:
9786024335946
Halaman:
112
Cetakan:
Pertama-April 2018
Penerbit:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Rating: 3/5


 "Setemtoenja
perkata'an saja ini tidak bermaksud melepaskan poetri Indonesia ini dari
dapoer. Akan tetapi ketjoeali didalem dapoer No.1 kita haroes toeroet
memikirkan djoega, apa jang dipandang oleh kaoem lelaki."



 ~PEMBOEKA'AN
CONGRES PEREMPOEAN INDONESIA OLEH TOEAN PEMOEKA, hal 83~



 Meski
sehari-hari mempergunakan bahasa Indonesia, hafal
  isi Sumpah Pemuda yang menyebutkan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan,
 
namun belum tentu semua orang tahu bagaimana sejarah bahasa pemersatu
bangsa tersebut.



Dalam
lima bab serta 111 halaman, pembaca akan mendapat informasi mengenai sejarah
Bahasa Indonesia secara lengkap. Mulai dari kelahiran bahasa Indonesia, Kongres
Pemuda I, Kongres Pemuda II, hingga Kongres Bahasa Indonesia I.
  Serta perbedaan antara bahasa Melayu dan
bahasa Indonesia.



Mengkaji
sejarah bahasa menurut buku ini bisa dikaji dalam tiga bidang ilmu. Pertama,
prasejarah bahasa, kajian tentang masa lampau bahasa sebelum ia mempunyai
aksara. Kedua, sejarah bahasa, kajian tentang masa lampau seluk-beluk bahasa
sejak bahasa itu diungkapkan dengan aksara. 

Adapun yang ketiga
adalah sejarah studi bahasa.  Merupakan kajian tentang perkembangan pandangan orang
terhadap bahasanya,  yang tertulis dalam aneka dokumen, seperti buku pelajaran
dan kamus.


Sebagian
besar isi buku ini menitikberatkan
  pada
kajian masa lampau bahasa, yaitu sejarah bahasa. Pembaca akan diberikan
berbagai paparan ilmiah
  perihal sejarah
pengakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.



Sehingga,
jika  seseorang mendapati informasi yang
menyebutkan bahwa  tanggal 2 Mei 1926
merupakan hari lahir bahasa Indonesia, dan pengusul nama adalah M.
Tabrani,  sudah paham secara benar
berdasarkan sejarah.



Terdapat
juga informasi mengenai perbedaan antara dialek dan ragam bahasa.  Dialek merupakan variasi bahasa menurut
penutur atau pemakai bahasa. Misalnya dialek Betawi, dialek Banyumasan.



Ragam
bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian. 
Ada dialek sosial, karena penggunanya berbeda berdasarkan usia, jenis
kelamin, pekerjaan. Kemudian ada Idiolek,  
merupakan ciri bahasa seseorang. Entah dari lafal, gramatik atau
pemilihan kata.



Pada
saat usulan Muh Yamin untuk mempergunakan 
Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu ditolak,  tidak membuat Bahasa Melayu punah. Beberapa
daerah seperti Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Riau masih
mempergunakannya.  Demikian juga beberapa
negara  tetangga.



Buku
ini sangat perlu dibaca oleh para generasi muda agar paham dan makin mencintai
bahasa pemersatu bangsa. Juga bagi para penikmat sejarah dan pemerhati bahasa,
sebagai tambahan referensi.



Dari
111 halaman, uraian mengenai sejarah bahasa hanya 46 halaman,  Latar Belakang Pustaka 1 halaman, Indeks 3
halaman, Tentang Penulis 1 halaman. Dengan demikian Lampiran memerlukan  60 
halaman. Ada baiknya bagian uraian lebih dipertajam lagi paparannya.



Meski
demikian,
  bagian Lampiran sungguh
menarik. Ada tentang artikel atau cerita yang diambil dari
  aneka media massa dan  tahun, 
iklan, serta Pembukaan Kongres Perempuan Indonesia. Sepertinya saya lebih
menikmati bagian ini ^_^.



Ada
beberapa kalimat yang ada di halaman 22 bisa dikatakan agak mengganggu. Mengapa
harus mempergunakan kata jasa?
  Bukankah
tiap sosok yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II memiliki peranan dan
jasa
  bagi bangsa.



Harimukti
Kridalaksana, sang penulis, memiliki nama lengkap K.P.H. Hubert Emmanuel
Harimurti Kridalaksana Martanegara. Lahir di
 
Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, pada 23 Desember 1939. Merupakan  seorang pakar sastra berkebangsaan Indonesia. Beliau merupakan salah satu guru besar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
serta penggagas Pusat Leksikologi dan Leksikografi.


Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

أحدث أقدم