Memasuki
gerbang Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang mulai terasa nuansa kemeriahan perayaan
Cap Go Meh. Sabtu, 11 Februari 2017 di Klenteng Eng An Kiong bertepatan dengan
cap go meh, sebagai puncak penutup perayaan tahun baru Imlek yang
diselenggarakan pada hari ke 15. Rombongan kami yang berjumlah sekitar 30
orang, datang ke Klenteng Eng An Kiong dalam agenda safari damai yang
diinisiasi oleh Gusdurian Malang.
Simak
juga: Perayaan Cap Go Meh dan Videonya
Gusdurian
Malang selama ini memang memiliki perhatian yang besar untuk menebar virus
damai di kota Malang. Salah satu agenda rutin mereka yaitu bersilaturahim ke
tempat-tempat ibadah dari berbagai agama yang berbeda. Jaringan mereka yang
ikut bersilaturahim juga berasal dari latar belakang agama dan kepercayaan
berbeda.
Tiba
di Klenteng Eng An Kiong, rombongan langsung disambut ramah penuh kehangatan
oleh Bunshu Anton. Dalam kesempatan tersebut kami bercengkerama mendialogkan
dan mendengarkan nasehat-nasehat dari sesepuh umat beragama berkenaan dengan
kerukunan dan kedamaian bangsa kita.
Suasana Jamuan
Lontong Cap Go Meh
Seperti
yang disampaikan oleh Bunshu Anton selaku sesepuh Klenteng dan tuan rumah dalam
sambutannya mengatakan, “Dalam perayaan cap go meh rutin menyediakan kuliner
khas lontong, merupakan tradisi akulturasi, yang menghargai kearifan lokal
sehingga bisa diterima dengan damai”. Sedangkan Romo Yudho, dari Penghayat
Kepercayaan mengingatkan generasi muda bahwa masa depan bangsa ada di pundak kalian.
Sehingga harus bisa menyikapi segala kejadian dengan pikiran bersih, terutama
dengan banyak beredarnya berita hoax yang bisa memecah umat. Khusus bagi orang
jawa juga harus bisa bersikap njawani seperti pesan orang tua jaman dulu. “Tradisi
kupatan, opor ayam serta lontong yang disediakan saat perayaan lebaran dan cap
go meh merupakan transformasi tradisi yang menjunjung kearifan lokal dan dilalui
secara damai”, ungkap Pendeta Tatok dari Nasrani. Ilmi Najib koordinator
Gusdurian Malang dan selaku moderator mengajak rekan semua yang hadir supaya
terus menyuarakan perdamaian dan kebhinekaan.
Doa bersama
lintas Agama
Dipenghujung
acara ditutup dengan doa bersama lintas agama yang diwakili oleh Bunshu Anton
dari Konghucu, Saudari dari Baha’i, Ki Romo Yudho dari Penghayat Kepercayaan,
Pendeta Tatok dari Nasrani, dan Kyai
Mahpur dari Islam. Dan terakhir disediakan hidangan ramah tamah, kuliner khas
lontong cap go meh. Hidangan ini menurut informasi disiapkan sebanyak 4000
porsi yang bisa dinikmati oleh siapapun yang berkenan hadir di Klenteng Eng An
Kiong untuk ikut bersuka cita merayakan cap go meh. Memang betul apa yang
disampaikan oleh Bunshu Anton sebelumnya, bahwa lontong cap go meh merupakan
tradisi akulturasi yang menghargai kearifan lokal. Semoga tradisi baik ini bisa
terus dilestarikan.
Gong Xi Fa Cai