Di Puncak
Gunung Panderman
Berawal
dari obrolan singkat untuk mengisi liburan akhir pekan, dengan seorang kawan
merencanakan pendakian. Dari beberapa gunung yang ada di sekitar Kota Malang,
Gunung Panderman di Kota Batu menjadi pilihan. Alasannya karena terjangkau,
yaitu terjangkau jaraknya (hanya 25 km dari Kota Malang), terjangkau biayanya (HTM hanya Rp. 3.000), dan terjangkau treknya (hanya butuh waktu sekitar 3 jam untuk mendaki sampai puncak). Selain itu familiar dengan jalurnya, karena sudah beberapa kali mendaki Gunung Panderman. Hitung-hitung refreshing pendakian. Untuk lokasinya bisa di cek di postingan saya terdahulu, mengenai wisata Gunung Panderman, Kota Batu.
yaitu terjangkau jaraknya (hanya 25 km dari Kota Malang), terjangkau biayanya (HTM hanya Rp. 3.000), dan terjangkau treknya (hanya butuh waktu sekitar 3 jam untuk mendaki sampai puncak). Selain itu familiar dengan jalurnya, karena sudah beberapa kali mendaki Gunung Panderman. Hitung-hitung refreshing pendakian. Untuk lokasinya bisa di cek di postingan saya terdahulu, mengenai wisata Gunung Panderman, Kota Batu.
Sabtu
malam minggu pekan kemarin rencana pendakian
Gunung Panderman kami realisasikan. Awalnya pendakian hanya berdua, tetapi
karena ada kawan dari Surabaya yang berminat ikut, akhirnya personil bertambah
dua orang lagi, menjadi empat orang. Setelah persiapan perbekalan dan
perlengkapan, kami berangkat selepas shalat Isya menggunakan sepeda motor ke
lokasi pendakian Gunung Panderman.
Loket Masuk
dan Tempat Penitipan Kendaraan
Pukul
delapan malam, kami tiba di pos awal pendakian. Di tempat ini kita bisa
menitipkan sepeda motor dan membayar tiket masuk. Untuk tiket masuk RP. 3.000,-
per orang, sedangkan parkir sepeda motor Rp. 5.000,- per sepeda motor.
Awal
Pendakian dalam Gelap Malam
Setelah
menitipkan sepeda motor dan membayar tiket masuk, kami memulai pendakian Gunung
Panderman. Trek awal masih mudah karena melalui jalan yang sudah dipaping blok,
setelah lewat berganti dengan trek berbatu. Selanjutnya jalur melalui jalan
setapak berupa tanah yang terus menajak. Secara keseluruhan jalur ini tidak
terlalu sulit, hanya karena pendakian malam hari harus selalu waspada jangan
sampai terperosok jurang. Lampu senter yang terang, mutlak harus dibawa.
Persimpangan
Jalan, Ambil Arah Kiri
Untuk
patokan jalur, pertama kita akan bertemu persimpangan, disini ambil jalur kiri
yang merupakan jalan setapak. Tidak berapa lama akan menjumpai sumber air
terakhir, biasanya pendaki mengambil air dari sini, jika tidak menyiapkan air
sebelumnya.
Mendirikan
Tenda di Latar Ombo
Dari
sumber air, pendakian dilanjutkan menuju Latar Ombo. Malam itu kami berhenti di
Latar Ombo untuk mendirikan tenda dan istirahat, rencananya besok pagi baru
melanjutkan kembali pendakian ke puncak sebelum matahari terbit. Latar Ombo
memang biasa di gunakan pendaki untuk mendirikan tenda, karena setelahnya sudah
tidak ada lagi lokasi yang luas untuk mendirikan tenda, kecuali di puncak. Dari pos awal pendakian sampai Latar Ombo, bisa
ditempuh sekitar 1 jam perjalan saja.
Trek
Pendakian Cukup Terjal
Pagi
hari sebelum matahari terbit sedianya sudah sampai puncak, tapi karena faktor
dingin dan bangun yang kesiangan rencana gagal. Pendakian dimulai lagi sekitar
pukul 7 pagi, setelah menyeduh segelas kopi dan menikmati selembar roti tawar.
Jalur pendakian melalui jalan setapak diantara semak belukar, dengan trek tanah
yang semakin menanjak dan cukup terjal. Tidak jarang mesti berpegang pada
akar-akar yang menjulur untuk memudahkan pendakian. Setengah jam perjalan kita
sampai di Watu Gede, lokasi selain sebagai tempat istirahat juga menjadi
penanda jalur pendakian.
Pemukiman di
Kota Batu Terlihat Kecil
Sepanjang
jalur ditawarkan keindahan alam yang memukau. Kota Batu nampak mempesona,
seperti sedang melihat miniatur sebuah kota dengan bangunannya yang kecil-kecil.
Menjadi hiburan tersendiri, menghilangkan kepenatan selama pendakian.
Gunung
Semeru terlihat di Balik Awan
Setelah
dua jam mendaki dari latar Ombo, akhirnya sampai di puncak Gunung Panderman.
Dari puncak pemandangan semakin eksotic. Deretan pegunungan Arjuno terlihat
kokoh di seberang hamparan awan di bawah kita. Jauh di ujung timur, seperti
nampak puncak Gunung Semeru, tidak begitu jelas karena samar dibalik awan.
Menikmati
puncak Gunung Panderman tidak sendiri, banyak kawanan monyet berkeliaran dan
bergelantungan di pohon-pohon. Mesti waspada dengan barang bawaan terutama
makanan, karena mereka agak nakal, lengah sedikit bisa disambar.
Monumen di
Puncak Gunung Panderman
Ada
yang unik puncak gunung Panderman, karena ada sebuah monumen berupa tugu yang
di buat untuk mengenang Arhanud dalam tugasnya menjaga perdamaian dan
kelestarian alam. Entah ada kisah apa dibalik pembuatan monumen tersebut. Di
sisi lain, juga ada penanda yang menunjukkan puncak Gunung Panderman memiliki
ketinggian 2060 mdpl.
Turun dari
puncak Gunung Panderman
Setelah
sekitar satu jam berada di puncak Gunung Panderman, kami turun kembali ke
lokasi camping di Latar Ombo. Selama turun kami manfaatkan untuk menikmati
panorama Gunung panderman sepanjang jalur sepuasnya dan mengabadikannya untuk oleh-oleh di rumah.
Gunung
Panderman menurut saya sangat cocok untuk latihan mendaki, atau pemanasan
sebelum mendaki gunung-gunung di sekitar Malang yang lebih tinggi. Selamat
mencoba.
Sumber:
Lokasi