TREKKING 26
JAM NONSTOP (Bagian 3)
Persiapan
Summit Attack Mahameru
Masih
hari Kamis 15 Agustus 2013, hanya berubah angka jamnya yang sudah menunjukkan
pukul 23.00, saatnya persiapan summit attack puncak gunung Semeru. Berselimut dinginnya
malam di Kalimati, semakin terasa menusuk hingga ke sum-sum tulang.
Istirahat yang hanya beberapa jam terasa begitu singkat, sama sekali belum memulihkan kondisi badan yang lelah, justru kaki pegal semakin kaku dan punggung bertambah ngilu. Cream pereda nyeri yang dibalurkan sekujur tubuh, sama sekali tidak berpengaruh, mungkin hanya sedikit saja efeknya. Pukul 19.00 wib tadi kita sampai di kalimati, setelah seharian trekking dari Ranu pani tanpa henti sejak pukul 10.00 wib pagi.
Istirahat yang hanya beberapa jam terasa begitu singkat, sama sekali belum memulihkan kondisi badan yang lelah, justru kaki pegal semakin kaku dan punggung bertambah ngilu. Cream pereda nyeri yang dibalurkan sekujur tubuh, sama sekali tidak berpengaruh, mungkin hanya sedikit saja efeknya. Pukul 19.00 wib tadi kita sampai di kalimati, setelah seharian trekking dari Ranu pani tanpa henti sejak pukul 10.00 wib pagi.
Menghangatkan
badan, segelas susu jahe panas kami buat, ditemani beberapa butir kurma sisa
lebaran untuk menambah energi. Perlengkapan summit attack kami siapkan dengan
seksama, jaket, mantel, sepatu, gitter, kaos tangan, kupluk, masker, kaca mata,
headlamp semuanya dipakai, sedang perbekalan kami bawa seperlunya di tas day
pack, cukup sebotol air, kurma, madu, dan beberapa butir buah kelengkeng.
Dirasa semua sudah siap, tepat pukul 23.30 wib kami keluar tenda bergabung
dengan ratusan mungkin ribuan pendaki lain yang sudah riuh berkumpul dan mulai
bergegas menuju jalur pendakian puncak Gunung semeru.
Pendakian
Sesungguhnya di Gunung Semeru
Jika
melihat trekking rute pendakian seharian tadi, sebenarnya tidaklah terlalu sulit
dari segi medan, hanya jalur yang panjang dan beban logistik di punggung yang
menjadikannya terasa berat. Berbeda sekali dengan trek pendakian dari kalimati
hingga ke puncak Semeru, bisa dibilang inilah pendakian yang sesungguhnya. Tidak
ada lagi jalur landai, 2,7 km kedepan (baca: keatas) hanya tanjakan yang
semakin tegak. Jalur tidak seberapa panjang ini, umumnya dicapai lebih dari 4
jam, apalagi pendaki pemula bisa jauh lebih lama.
Arcopodo
Selepas
kalimati kita memasuki hutan cemara, dengan tipikal jalur pendakian menanjak
melewati jalan setapak diantara tebing dan jurang. Beruntung pendakian
dilakukan tengah malam, jadi tebing dan jurang disisi kanan kiri tidak nampak
dan hanya fokus bergerak menyusuri jalur pendakian.
Malam
ini di sepanjang jalur sudah dipenuhi pendaki yang berjalan beriringan satu
persatu, terlihat cahaya lampu headlamp mengular panjang hingga keatas.
Berjalan diantara rombongan pendaki yang berjalan beriringan panjang ini, mesti
perlahan dan sering tersendat, baru beberapa langkah banyak yang berhenti
mengatur nafas dan tenaga. Memang tidak mudah, terasa sekali nafas yang
berkejaran dan detak jantung yang berdegup kencang mengiringi setiap langkah.
Setelah
satu jam mendaki perlahan, tepat pukul
00.30 (Jumat dini hari 16 Agustus 2013), saya sampai di Arcopodo. Arcopodo
merupakan alternatif camping ground terakhir terdekat dengan puncak Gunung
semeru, lokasi ini sejati sudah termasuk daerah terlarang camping dan
pendakian. Disini saya istirahat sebentar untuk selanjutnya meneruskan
pendakian, menyusul dua rekan yang sudah lebih dulu ada didepan.
Batas
Vegetasi, Menuju Trek Frustasi
Sekitar
300 meter dari lokasi camping Arcopodo, kita memasuki batas vegetasi, dengan
trek semakin menanjak berpasir. Selangkah menjejakkan kaki, separoh lebih
merosot kebawah. Begitu seterusnya, sepertinya langkah kita bukannya bertambah,
justru tenaga semakin terkuras. Area ini memang jalur berpasir labil, dengan
kemiringan yang ekstrem. Banyak pendaki harus merangkak, supaya bisa terus naik
keatas. Benar-benar bikin frustasi, kesabaran dan mental diuji disini. Dengan
mengatur ritme langkah, saya terus berusaha naik. Lima sampai sepuluh langkah
keatas, kemudian berhenti sejenak, begitu seterusnya.
Waspada
Bola Gunung
“Awas
batu!!” sayup-sayup terdengar teriakan dari atas, dan semakin keras bersahutan
hingga dekat sekali diatas saya. Wusshh...sebuah batu besar segede bola
meluncur deras nyaris saja mengenai kepala, untung saya dan beberapa pendaki
dibelakang cepat menghindar kesamping. Alhamdulillah selamat, apa jadinya
kalau tadi kena..hhh. Bener sobat, saya hitung lima kali kejadian seperti ini,
kondisi trek yang berpasir dan berbatu labil, sangat riskan jika terinjak
pendaki yang tidak hati-hati. Akibatnya sangat berbahaya bagi pendaki yang ada
dibawah. Karena itu mesti waspada pergerakan diatas kita dan saling memberitahu
solusinya.
Badai
Menyeleksi Pendaki
Gunung
Semeru dikenal dengan kondisi cuaca yang tidak stabil, sewaktu-waktu bisa
berubah dengan cepat. Awal pendakian tengah malam tadi dari kalimati cuaca
sangat cerah. Begitu juga sampai jarak lebih dari separoh pendakian, masih
bersahabat. Saat jam menunjukkan pukul 04.00 wib, tiba-tiba hawa semakin
dingin, titik-titik air terasa membasahi wajah. Kebanyakan pendaki menyangka
hanya embun dari kabut yang tebal, rupanya dugaan kami salah, beberapa menit
kemudian hujan disertai angin keras menerjang jalur pendakian. Serentak semua
pendaki berhenti dan mencari perlindungan. Apa daya kita dialam terbuka,
terpaksa dinikmati saja guyuran hujan ditempat dan waktu yang tidak tepat ini.
Dingin luar biasa, beruntung pake baju mantel anti air, hanya celana yang basah
kuyup. Banyak pendaki yang tidak siap dengan kondisi ini, tidak menyiapkan
mantel menyebabkan baju, jaket dan semua yang dikenakan basah semua. Bisa
sangat fatal akibatnya, jika tidak kuat bisa terserang hipotermia.
Sudah
lima belas menit berhenti, badai tidak juga reda, terlihat pergerakan lampu
dari atas mulai turun. Rupanya semua pendaki diminta tidak melanjutkan
pendakian, dan supaya turun kembali ke camp masing-masing. Karena jika badai
tidak reda, sangat beresiko berada di puncak bahkan dijalur pendakian Gunung
Semeru. Perlahan satu dua langkah sayapun terbawa turun ratusan pendaki lain,
dengan perasaan masih ragu, dalam hati bergumam “sayang banget perjuangan
sepanjang hari kemarin hingga pagi ini..huff”. Teringat dengan dua rekan yang
sudah ada diatas duluan, akhir saya putuskan berhenti ditengah badai, sambil
menunggu rekan yang mungkin juga sedang turun.
Sudah
1,5 jam saya berhenti ditengah-tengah trek pendakian, badai baru saja reda,
tapi kabut pekat masih menyelimuti, semesti matahari sudah muncul karena sudah
pukul 05.30 wib. Pendaki yang bertahan tinggal beberapa orang saja, mereka
masih berharap cuaca kembali bersahabat dan bisa melanjutkan pendakian ke
puncak. Dingin luar biasa, jari-jari tangan sampai membiru beku tidak bisa
digerakkan, pun demikian dengan kaki yang mengenakan celana dan sepatu basah
semakin menambah dingin. Serasa berada dikulkas dua pintu di bagian freezernya.
Jam
menunjukkan pukul 06.00 WIB, saya masih berhenti dan menunggu dua rekan saya
berharap mereka muncul dari atas. Yang ditunggu tidak juga nampak, yang tidak
ditunggu justru mulai terlihat. Secercah siluet kemerahan jauh diufuk menggaris
panjang diantara kabut yang mulai sirna.
Ya...matahari
pagi mulai menampakkan cahanya. Membangkitkan harapan untuk bisa melanjutkan
pendakian. Tidak berpikir lama dan tanpa terlalu banyak pertimbangan saya
putuskan melanjutkan pendakian, yang jika diperkirakan tinggal seperempat jarak
lagi. Beberapa pendaki yang tadi berhenti bersama saya juga ikut tergerak untuk
melanjutkan pendakian.
Kata
Penyemangat yang Bikin Dongkol
Setengah
jam berlalu, waktu menunjukkan pukul 06.30 wib, belum juga nampak sang
mahameru. Ujung pendakian yang tadi terlihat dari bawah seperti fatamorgana,
setelah sampai tiba-tiba saja lenyap begitu saja, berganti ujung yang baru. Berjumpa dengan
satu dua pendaki yang mulai turun menyapa, “semangat mas, sudah dekat, paling
seperampat jam lagi” dengan nada dan mimik meyakinkan. “Suwun mas!” jawab saya
bersemangat. Seperempat jam berlalu, puncak nampak masih jauh, huuhf seenaknya
saja ngomong. Ternyata begitu juga saat ketemu pendaki lain yang turun, malah
ada yang bilang 1 jam lagi, setengah jam lagi, seratus meter lagi dan
seterusnya, tapi nggak sampai-sampai juga. Sejatinya mereka memberikan semangat
supaya tidak putus asa, tapi dongkol juga karena tidak sesuai yang mereka
bilang.
Mahameru;
Diatas Awan Menggapai Matahari
Waktu
sudah menunjukkan pukul 07.00 wib, kali ini puncak benar-benar sudah nampak,
kelihatan sudah dekat. Sebisanya terus melangkah, mengejar sisa waktu, menurut
aturan keselamatan pendaki Gunung Semeru, berada dipuncak dibatasi waktu.
Antara pukul 08.00-09.00 biasanya sudah diperingatkan supaya segera turun,
karena selepas itu bahaya gas beracun dan letupan debu vulkanik dari kawah
jonggring saloko yang ada disebelah bisa berubah arah menuju puncak. Sebaiknya
tidak ambil resiko, Soe Hok Gie dan Idhan Lubis adalah dua pendaki yang
meninggal karena gas beracun di puncak gunung Semeru.
Tepat
pukul 07.30 wib Mahameru behasil ditapaki, sejuta rasa, tapi rasa bersyukur
yang paling sering terucap. Alhamdulillah, Subhaanallah, karya Mu sungguh menakjubkan.
Tiada terkira, bisa berada diatas awan, puncak tertinggi, atapnya Pulau Jawa. Serasa
bisa menggapai matahari yang menggantung di langit.
Bertambah
bahagia, ternyata dua rekan saya juga sudah berada di puncak, mereka setengah
jam lebih awal dari saya sampai. Bersama mereka tidak banyak pendaki, hanya
beberapa puluh saja yang berada di puncak. Rupanya badai tadi telah menyeleksi
ratusan, bahkan mungkin ribuan pendaki hari ini, menjadi puluhan saja yang bisa
merasakan suasana Mahameru. Mengabadikan momen langka ini menjadi pilihan utama,
narsis di puncak semeru menjadi kenangan berharga untuk di bawa pulang.
Di
Mahameru setiap sudutnya merupakan panorama eksotik yang luar biasa, mulai
hamparan awan yang ada dibawah kaki, deretan pegunungan, panorama alam yang
indah dan yang paling menakjubkan bisa menyaksikan dari jarak sangat dekat
letupan debu vulkanik kawah Jonggring Saloko.
Satu
setengah jam kami berada di puncak Gunung Semeru, tepat pukul 09.00 wib mulai
turun. Perkiraan perjalanan turun bisa lebih cepat, biasanya dua jam sudah sampai
di camp kalimati.
Bersambung
lagi sob, perjalanan turun dari puncak
TREKKING 26
JAM NONSTOP:
Bagian
1; Pendakian ke Gunung Semeru (3676 mdpl)
Bagian
2; Jalur Pendakian ke Gunung Semeru
Bagian
3; Summit Attack Puncak Gunung Semeru
Bagian
4; Turun Menyusuri Terjalnya Puncak Semeru