Balas WA, Yay or
Nay? – Saya
heran ketika ada admin akun WhatsApp Bisnis
yang hanya membaca pesan WA saya, tidak membalasnya sama sekali. Kalau hanya
berlangsung satu kali mungkin wajar ya, bisa jadi si admin terlupa membalasnya.
Kalau dua kali? Pesan WA , dengan cepat dibaca tetapi dianggurin saja.
Kalau kalian yang mengalaminya bagaimana? Saya kira dalam pikiran kalian muncul
tanda tanya yang sama dengan saya: ini serius bisnis ndak, sih?
Saya itu kirim pesan WA
untuk menanyakan salah satu jenis layanan yang disediakan, sebagaimana yang
tertera dalam eflyer dari bisnis tersebut. Pesan berikut yang saya kirim
juga masih menanyakan hal yang sama hanya diubah sedikit cara bertanyanya.
Setelah terkoneksi ke owner,
diperoleh dalih si admin seperti ini: TIDAK ADA YANG BACA PESAN WA YANG
SAYA KIRIM SEBANYAK DUA KALI ITU! Walaupun sudah mengirimkan screenshot bukti
pesan WA saya sudah dibaca seketika setelah saya kirim, hal ini tidak bisa
mematahkan dalih dari admin.
Entah kenapa tidak ada yang baca WA
dari saya. Yaaa, saya mau bilang apa ya. Apakah telah terjadi hal-hal yang
di luar nalar yang membuat pesan saya menghilang? Positive thinking saja,
mungkin itu yang terjadi … yeah, positive thinking itu lebih baik
daripada ngotot-ngototan. Mau ngotot pun ndak guna, saya
tidak untung apa-apa hehe.
Bahasa tulisan dalam
aplikasi chatting itu sebenarnya mirip dengan komunikasi tatap muka lho.
Yang mengabaikan pesan WA yang dikirimkan padanya mirip dengan orang yang dalam
dunia nyata mengabaikan lawan bicaranya. Ketika ada yang berbicara di depannya,
dia hanya melihat lawan bicaranya, lantas tanpa mengatakan apapun, dia
tinggalkan lawan bicaranya. Bingung dong si lawan bicara ini.
Kalian pernah berpikir seperti
itu, tidak?
Kalau tidak, berarti
kalian mirip dengan sejumlah lelaki yang saya kenal … mereka malas membalas WA.
Kalau kata suami saya, “Tidak ada yang perlu dibalas ya tidak usah dibalas.” Giliran
saya yang bengong. “Balas, dong,” ucap saya padanya.
Kadang-kadang saya memaksanya untuk membalas pesan WA orang lain karena merasa
tidak enak sendiri.
Namun demikian, pada
akhirnya saya mencoba menerima karakter orang yang berbeda-beda dalam membalas
pesan WhatsApp, sebagaimana karakter yang berbeda-beda saya temui di dunia
nyata. Di dunia nyata mungkin ada orang yang ogah senyum, malas melihat
wajah kita saat berbicara dengannya – ketika diajak berbicara malah memunggungi,
atau diam saja ketika diajak berbicara. Ada saja kan ya orang-orang
seperti ini?
Jadi, kalau ada yang di luar
ekspektasi, tidak mau membalas pesan WA ya … coba dimaklumin saja kali
ya meski tak habis pikir mengapa orang ini malas banget membalas WA.
Ah ya, jadi ingat kadang-kadang
saya juga berada dalam mode “sedang malas membalas pesan WA” juga sih
sebenarnya tetapi ini tidak berlaku kepada semua orang. Pada orang-orang
tertentu saja sih. Misalnya kepada orang yang hobinya mengirimkan pesan
nyaris setiap hari tanpa basa-basi. Seperti mengirim spesifikasi dan harga
produk jualannya tanpa kata-kata pembuka terlebih dulu.
Soalnya yang model begini
ibarat orang yang doyan menyebar flyer di dunia nyata. Seperti sales
person di mall-mall yang ujug-ujug nyamperin lalu memberikan flyer.
Ambil saja flyer-nya. Urusan belakang itu mau dibaca atau tidak. Kalau
saya sih, saya baca sekilas. Lumayan buat jadi informasi yang membuat saya
jadi aware tentang suatu produk atau brand.
Kalau sales person yang
ketemu langsung begini sih kadang-kadang saya senyumin dan
berterima kasih. Sebagai balasan atas itikad baiknya memberikan informasi dengan
sedikit kata pengantar sembari senyum kepada saya.
Lha yang mengirim pesan jualan di WA itu kebanyakan tanpa ba bi bu … hanya mengirim pesan sponsor berupa
kata-kata yang isinya sama dengan yang dia broadcast kepada banyak orang
atau hanya kirim template tanpa sentuhan personal sama sekali.
Pesan sponsor mereka mirip
sekali dengan flyer di tangan sales person yang kita temui di mall,
bukan? Bedanya, sales person itu memberikan sedikit personal
touch, dengan cara senyum kepada kita dan memberikan kata-kata pengantar
singkat sebelum memberikan flyer.
Oleh karena itu, saya
jarang mau membalas pesan yang di-broadcast sama persis kepada banyak
orang. Sesekali saya bereaksi, memberikan emoticon pada pesan yang
dikirimkan kalau menganggap pesannya menarik atau penting.
Kalau Anda, termasuk geng
mana? Menganggap perlu banget membalas pesan orang atau menganggap tidak
selalu perlu membalas pesan kepada siapapun? Beri komentar di bawah ya!
Makassar,
12 April 2023