Kapan ke Jakarta Lagi?

Kapan ke Jakarta
Lagi?
– Belum lama ini anak
bungsu saya menanyakan pertanyaan yang saya tak bisa jawab sekaligus membawa
perasaan senang sampai-sampai saya tertawa karena bingung menjawabnya. Dia
bertanya begini, “Mama, kapan Mama ke Jakarta lagi?”



Pasalnya setelah ke Jakarta
bulan September lalu untuk menghadiri #IndiHomeBloggerInauguration,
tanggal 11 – 13 November lalu saya kembali ke dekat ibukota untuk menghadiri
acara Training of Trainer (ToT) Fasilitator Ibu Penggerak di Tangerang.
Menghadiri keduanya, saya tinggal tahu beres karena tiket diuruskan dan
dibiayai oleh panitia.



Ke Jakarta ToT Ibu Penggerak

Kalau ajang IndiHome Blogger
Inauguration
merupakan kejutan yang ditunggu-tunggu dan prosesnya sangat
terasa maka lolos sebagai salah 1 dari 52 peserta ToT Fasilitator Ibu Penggerak
prosesnya sangat cepat dan tidak saya sangka.



Masya Allah yang  namanya rezeki ya, kalau memang untuk kita,
tidak ada penghalangnya untuk sampai ke kita. Awalnya saya ikut pelatihan
Ibu Penggerak Batch IX
selama 5 hari, 17 – 21 Oktober secara online melalui
Zoom
Cloud Meetings
. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Sidina Community, mitra
resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.



Saya tertarik mengikuti
pelatihan yang direkomendasikan oleh Mbak Lidya Fitrian ini karena membaca topik-topiknya
seputar dunia pendidikan. Saya meminati bidang pendidikan jadi saya klik saja
dengan informasi yang diberikan. Selain itu ada informasi tambahan lagi dari
Mbak Lidya bahwa nanti ada seleksi untuk pelatihan di Jakarta.



Awalnya saya belum
langsung daftar namun setelah 2 atau 3 kali Mbak Lidya mengabari, saya pun
mendaftarkan diri. Lima hari berturut-turut mengikuti sesi daring, saya merasa
familier karena topik terkait Kurikulum Merdeka ini sesuai dengan harapan saya
mengenai pendidikan karena mementingkan pendidikan karakter.



Oya, selama 5 hari itu, para
ibu peserta pelatihan mengikuti materi tentang Kurikulum Merdeka, Profil
Pelajar Pancasila, Asesmen Nasional (AN), Literasi dan Numerasi, dan 3 Dosa
Besar Pendidikan
. Link Zoom dibagikan di grup Whatsapp
khusus Pelatihan Ibu Penggerak Batch IX.



Yang disebut-sebut sebagai
3 dosa besar pendidikan ini adalah intoleransi, perundungan,
dan kekerasan seksual. Saya baru sadar, ternyata istilah “3 dosa besar
pendidikan” ini sudah banyak bertebaran di internet. Kalau kita mengetikkan keywords
tersebut niscaya mendapatkan banyak hasil pencarian.



Setiap selesai materi pelatihan
daring itu ada post test yang harus diselesaikan oleh peserta jika ingin
dinyatakan lulus menjadi Ibu Penggerak. Seperti halnya “ujian” pada umumnya, ada
peserta yang lulus, ada yang tidak lulus, dan ada yang remedial. Alhamdulillah
saya termasuk peserta yang lulus menjadi Ibu Penggerak.



ToT Fasilitator Ibu Penggerak

Tahap berikutnya adalah seleksi
untuk menjadi fasilitator Ibu Penggerak. Para Ibu Penggerak yang ingin mengikuti
ToT Fasilitator Ibu Penggerak Batch 3 harus mengirimkan curriculum vitae
kepada pengurus Sidina Community.



Sebagaimana yang
disarankan oleh panitia, saya membuat CV menggunakan Canva. Usai mengirimkan CV,
saya menunggu pengumuman siapa saja yang lolos untuk interview. Saat
pengumuman keluar, saya harus menerima ketentuan tidak mendapati nama saya di
antara nama para peserta yang akan di-interview.



Saya sudah menerima
ketentuan itu ketika beberapa hari kemudian tiba-tiba saya mendapatkan pesan Whatsapp
dari Mbak Susi Sukaesi (Suzie Icus) – founder Sidina Community pada hari
Kamis tanggal 3 November: “Mbak, dirimu bisa ikutan interview buat ToT besok?”



Saat saya katakan nama
saya tidak ada dalam daftar yang lolos untuk interview, Mbak Susi
menyatakan bahwa saya masuk dalam waiting list. Ada peserta yang mundur
sehingga saya berpeluang untuk di-interview.



Jadilah keesokan harinya,
saya menunggu giliran yang dijadwalkan pada pukul 12.50 WITA. Saya
bersiap-siap, shalat zuhur lalu berdandan. Belum selesai persiapan,
tiba-tiba Mbak Hana – salah seorang pengurus menelepon dan menanyakan apakah
saya bisa jika jadwal interview saya dimajukan.



“Kapan, Mbak?” tanya saya.
“Dua menit lagi,” jawab Mbak Hana. Hah?



“Bisa lima menit lagi?”
tawar saya, mengingat jadwal saya baru sekitar 20 menit lagi makanya saya belum
sepenuhnya siap, baru selesai menunaikan salat zuhur.



Sesaat kemudian saya sudah
berada di ruang Zoom dengan sejumlah pengurus Sidina Community. Saya siap
menjalani interview hari itu dan menjalaninya dengan lancar. Tak dinyana
saya dinyatakan sebagai salah satu dari 52 peserta terpilih dari >200 ibu
se-Indonesia dan berangkat ke Tangerang bersama 2 teman dari Makassar pada
tanggal 11 November.



Prosesnya sangat cepat.
Berbeda dengan keberangkatan ke Jakarta bulan September lalu. Namun demikian,
saya menghadapinya dengan antusiasme yang sama. Kali ini tidak galau lagi soal
keberangkatan dan kepulangan karena panitia memesankan penerbangan yang sama
persis dengan yang saya gunakan pada bulan September dan kali ini saya pergi
dan pulang bersama Unga dan Yuliani.



Masya Allah, dua kali terbang ke
Cengkareng dalam jangka waktu kurang dari 2 bulan di tahun 2022 ini tanpa
keluar uang sepeser pun merupakan rezeki luar biasa bagi saya yang tak pernah
saya rencanakan sebelumnya. Maka ketika si bungsu bertanya kapan ke Jakarta
lagi, saya yang freelancer ini hanya menjawabnya, “Nanti kalau ada yang
bayari.” “Kapan?” tanyanya lagi. Kapan, ya … semoga ada rezeki tak terduga lagi
di tahun 2023. 😅



Makassar,
2 Desember 2022     

Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

Previous Post Next Post