2.1 MENYIMAK TEKS ANEKDOT: MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA KELAS X KURIKULUM MERDEKA

 



Tujuan



1. Mengevaluasi
pesan yang disampaikan



2.
Mengidentifikasi struktur teks anekdot yang dibacakan



 



A.   Pengertian anekdot



Pernahkah kalian membaca sebuah
cerita lucu sekaligus mengandung kritik atas fenomena sosial yang terjadi di
masyarakat? Teks seperti itu disebut dengan anekdot. Di balik humor atau
kelucuan yang ditampilkan, anekdot memiliki pesan yang diharapkan dapat
memberikan pelajaran kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, isi cerita sebuah
anekdot harus mengangkat tema atau masalah yang benar-benar terjadi dan
dirasakan masyarakat.



B.   Pengertian lawakan tunggal (stand
up comedy)



Lawakan tunggal atau komedi tunggal
merupakan penyajian lawakan yang dilakukan oleh seorang diri di atas panggung.
Komika, orang yang melakukan lawakan 
tunggal,  menyampaikan  sebuah 
topik  dengan cara bermonolog.
Melalui lawakan tunggal, seorang komika berusaha mengungkapkan ketidaksetujuan
terhadap sesuatu, baik berupa kritik sosial yang berdasarkan penelitian maupun
kegelisahan diri.  Oleh karena itu,
lawakan tunggal disebut juga sebagai komedi cerdas yang menyampaikan pesan bagi
para pendengarnya.



 



Contoh



Liburan
Kuli Bangunan



Assalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan?
Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat
kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres.
Datang liburan orang- orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya
malah sibuk nyari alasan.



Anak saya
minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.” “Nak, Jakarta banjir.”



“Ya udah
Pak, ke Tangkuban Perahu.” “Nak, perahunya bocor.”



“Ah bilang
aja, Bapak gak punya uang.” “Cerdas!”



Anak saya
itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu
tamasya. Dari pagi sampai sore, dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau
orang lain nyusun lego, anak- anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.



Pulang ke
rumah ditanya sama istri saya, “Gimana Nak, seru main sama Bapak?”



“Mantap,
Mah! Pokoknya udah gede aku mau jadi kuli bangunan.” “Hey, masa perempuan jadi
kuli banguan..”



“Gak
apa-apa, Mah, emansipasi!”



Ya, anak
saya itu memang jarang liburan, jadi dia itu norak.



Kemarin
saja saya bawa ajak mandi bola, dia bawa handuk.



Istri saya
langsung ngomong, “Nak, mandi bola gak usah bawa handuk, Kan udah disediain.”



Tapi bukan
cuma anak saya, saya juga jarang liburan. Satu-satunya liburan saya ya di acara
ini. Buat saya kompetisi ini liburan. Gimana enggak coba? Saya dapat pergi ke
Jakarta, tidur di hotel, kasurnya empuk, kalau saya tidur langsung terbayang
hal indah. Gak kaya di rumah. Saya ketika tidur langsung terbayang cicilan.
Tapi, gara-gara itu saya sering diprotes sama anak saya.



Dia bilang
gini, “Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift.”



“Nak, kan
Bapak di sana kerja.”



“Apa Pak?
Kerja? Preet! Katanya Jakarta banjir.”



“Nak, iya
banjir, makanya Bapak ke Jakarta naik tongkang.” Anak saya itu sering protes
karena dia itu ingin banget ke Jakarta,



ingin tahu
Dufan. Kalau orang lain, anak yang lain, ingin tahu Dufan



dibawa ke Dufan.
Anak saya ingin tahu Dufan dibawa ke warnet. “Tuh Nak, Dufan, Dufan itu.”



Tapi saya
jadi tahu walaupun dari warnet, ternyata banyak wahana di Dufan itu, salah
satunya rumah miring. Rumah miring, ini kalau mandor saya tahu, dibongkar ini.
Saya aja masang bata miring dimarahin. Ini orang dengan sadar tanpa pengaruh
alkohol ngebangun rumah miring. Ini anak proyek mana yang bikin? Bikin malu
komunitas.



Saya Didi.
Terima kasih.



 



(Diadaptasi
dari: https://www.youtube.com/watch?v=AbFyJlBTANs)



 



1.   
Pesan
Teks



Teks tersebut berisi pesan antara
lain untuk memahami dan peduli kepada masyarakat kurang mampu. Masyarakat
kurang mampu terkadang tidak bisa menikmati fasilitas rekreasi atau wisata.



2.   
Struktur
teks anekdot



Suatu anekdot dibentuk oleh
orientasi, komplikasi, dan evaluasi.



a.     Orientasi adalah bagian anekdot
yang berisi pengenalan kondisi atau karakter tokoh, penggambaran hal-hal
terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana, dan gambaran
tentang masalah yang akan dihadapi tokoh.



Contoh:



Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli  bangunan? 
Wah,  berarti saya satu-satunya ya
di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat
stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk
nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.



b.    Komplikasi berisi masalah yang
dihadapi tokoh. Pada bagian ini, penulis menyampaikan puncak cerita yang
mengundang tawa sekaligus kritikan terhadap topik yang diangkat. Bagian ini
disebut juga dengan krisis dan reaksi. Krisis atau komplikasi merupakan bagian
yang berisi kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa. Tanggapan atau
respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya disebut sebagai reaksi. Reaksi
dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.



 Contoh:



Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.” “Nak,
Jakarta banjir.”



“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.” “Nak, perahunya
bocor.”



“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.” “Cerdas!”



c.     Evaluasi berisi komentar terhadap
isi atau pesan dari fenomena yang telah diceritakan. Bagian ini disebut juga
sebagai koda. Namun, bagian ini bersifat pilihan; dapat ada ataupun tidak ada.



Contoh:



Anak saya itu memang jarang liburan.

 

Sumber



Aulia,
Tri Fadilah dan Gumilar, Sefi Indra. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan
Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X
. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi





Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

Previous Post Next Post