Maka, sangat wajar jika banyak yang terkejut ketika mengetahui tokoh dalam kisah ini, Profesor Yoo Myeong Woo, seorang profesor dan publik figur yang terkenal akan kegemarannya mengoleksi buku-buku kuno, berniat membuat toko buku khusus untuk menjual buku-buku koleksinya.
Saya tidak bisa membawa buku-buku itu ke akhirat. Buku-buku itu berat, lho
Toko buku tersebut didirikan sebagai upaya menepati janji pada sang putri tunggal. Meski sudah tak mungkin lagi ia mengetahui keberadaan toko tersebut, tapi setidaknya profesor sudah berupaya menepati janji. Plus, hal tersebut terkait dengan pembunuhan anak dan istrinya 15 tahun silam! Peristiwa yang juga membuatnya harus berada di kursiroda seumur hidup.
Buku kuno adalah sebuah buku tua. Sebagian besar dari buku-buku itu aslinya tidak mahal atau langka. Harganya naik karena satu per satu hilang seiring waktu yang berlalu. Saya biasanya tidak suka membaca buku yang dibeli dengan harga mahal. Menurut saya, itu bukan esensi sebuah buku. Buku harus dibaca halaman demi halaman. Tidak dapat membali satu per satu halaman buku akibat harganya terlalu mahal merupakan ejekan besar bagi buku itu. Buku harus dibaca dan disayangi. Jangan sampai hanya diberi label harga, disimpan di brankas, atau dijadikan benda pameran.
Ketika sampai pada bagian yang mengisahkan profesor menyebutkan tentang 4 tamu yang ia duga adalah Sang Pemburu, saya secara acak menebak salah satu nama. Dan ternyata benar! Alasan saya menuduh Mr X-kita sebut saja begitu supaya tidak spoiler ^_^, karena tingkah lakunya agak mencurigakan.
Belum lagi, mengaku tidak menyukai buku tapi memiliki pengetahuan lumayan tentang buku. Belakangan, profesor menyebutkan bahwa Pemburu melakukan kebiasaan lama tanpa ia sadari. Sehingga profesor bisa mengetahui jati dirinya.
![]() |
Sumber: Buku Memory Bookstore |
Sementara profesor, walau mencintai buku, tapi ia tetap merasa menemukan siapa yang membunuh anak dan istinya merupakan hal utama. Melebihi kecintaannya akan koleksi buku kuno yang ia miliki. Profesor akan membakar buku yang mana saja, tanpa pandang bulu, jika dianggap mampu membuat kesal Sang Pemburu. Hal yang berlawanan dengan kecintaannya pada buku.
Melihat kover buku ini ketika tiba, saya menduga akan membaca kisah yang suram. Tidak terlalu salah, namun jika memakai ilustrasi yang menandakan bab baru dibandingkan kover, sepertinya akan menimbulkan kesan yang lebih dramatis. Tentunya penerbit punya alasan sendiri memilih kover yang sekarang.
Apa yang dialami oleh profesor memang sangat menyakitkan. Tapi hal tersebut tidak menjadi pembenaran terhadap apa yang ia lakukan pada Sang Pemburu. Jika demikian, maka ia tak lebih baik dari Si Pemburu.
Saya berusaha mencari informasi mengenai buku yang disebutkan sebagai buku kesayangan Pemburu, namun sepertinya saya belum berhasil menemukan, Atau judul buku dan pengarangnya hanya sekedar karangan semata? Tapi seakan nyata ada judul buku dan pengarang terssebut. Satu lagi nilai tambah bagi penulis.