Sumber gambar ilustrasi: Pexels |
Sebelum membaca artikel ini penulis ingin menyampaikan bahwa artikel ini sepenuhnya opini penulis sehingga jika tidak menemukan kesamaan opini mohon untuk dapat menanggapinya dengan bijak.
Pada hari ini penulis ingin meluangkan sedikit waktu untuk menguraikan sedikit pandangan penulis terhadap kasus yang baru-baru ini tengah ramai menjadi perhatian publik, tidak lain adalah kasus bunuh diri seorang mahasiswi bernama Novia Widyasari Rahayu diatas makam ayahnya karena menurut berita yang beredar ia tidak kuat menghadapi depresi setelah mengalami kekerasan seksual hingga hamil dan dipaksa untuk menggugurkan janinnya oleh pasangannya sendiri.
Sungguh tragis memang bagaimana korban dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri kehidupannya diatas makam ayahnya, mungkin dengan kehilangan sosok ayahnya ia juga kehilangan sosok pelindung yang paling ia percaya bagi dirinya karena memang biasanya terhadap anak perempuan seorang ayah akan bersikap lembut, memanjakan dan menjaga anak perempuannya karena ia tahu bahwa suatu hari nanti anak perempuannya akan diserahkan ke laki-laki lain untuk melindungi anaknya selepas dirinya pergi meninggalkan kehidupan.
Terlepas dari kisah yang dialami Novia, ada beberapa bentuk kekerasan seksual berdasarkan jurnal WHO yang berjudul Chapter 6: Sexual Violance:
- Pemerkosaan yang dilakukan dalam hubungan pacaran atau pernikahan
- Pemerkosaan yang dilakukan oleh orang tak dikenal
- Pemerkosaan sistematis selama konflik bersenjata
- Rayuan seksual yang tidak diinginkan atau pelecahan seksual, termasuk menuntut seks sebagai imbalan, misalnya anda meminta bantuan kepada seorang pria namun pria itu menuntut hubungan seks sebagai imbalannya
- Pelecehan seksual secara mental atau fisik orang cacat
- Pelecehan seksual terhadap anak-anak
- Kawin paksa dan menikahi anak-anak
- Penolakan hak untuk menggunakan kontrasepsi atau untuk mengambil langkah-langkah lain untuk melindungi diri terhadap penyakit kelamin
- Aborsi paksa
Dari kasus meninggalnya Novia kita juga dapat melihat besarnya dampak yang dialami oleh korban kekerasan seksual, yang mana hal tersebut juga disampaikan dalam jurnal WHO tersebut (halaman 149 dan 163):
Kekerasan seksual memiliki dampak besar pada kesehatan fisik dan mental. Serta menyebabkan cedera fisik, hal ini terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan seksual dan reproduksi, baik yang bersifat langsung maupun jangka panjang. Dampaknya pada kesehatan mental bisa sama seriusnya dengan dampak fisiknya, dan mungkin kosekuensinya sama-sama bertahan lama. Meninggal akibat kekerasan seksual mungkin sebagai akibat dari bunuh diri, infeksi HIV atau pembunuhan – yang terakhir terjadi baik selama serangan seksual atau setelahnya sebagai pembunuhan '' kehormatan ''. Kekerasan seksual juga dapat sangat mempengaruhi kesejahteraan sosial para korban; individu dapat distigmatisasi dan dikucilkan oleh keluarga mereka dan orang lain sebagai konsekuensi.
Dengan begitu besarnya dampak akibat dari kekerasan seksual maka sudah seharusnya mendapat perhatian khusus terlebih dalam beberapa tahun terakhir ini penulis juga melihat banyak kasus kekerasan seksual yang bahkan berujung pada kematian hingga perdagangan perempuan sehingga dalam hal ini penulis melihat betapa bahayanya hidup sebagai perempuan namun dibalik itu penulis juga melihat betapa kuatnya perempuan untuk harus tetap berani dan tegar dalam menjalani kehidupan yang pelik ini.
Daftar berita diatas hanya segelintir dari banyaknya kasus kekerasan seksual seolah indonesia tengah menghadapi darurat kekerasan seksual sekaligus menggambarkan betapa bengisnya kaum pria saat ini menjadikan perempuan hanya sebagai tempat kepuasan sesaat secara paksa sehingga menjatuhkan dan merendahkan martabatnya. Hal yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika hal tersebut juga dapat dilakukan oleh keluarga, penegak hukum bahkan tenaga pendidik yang mana seharusnya menjadi tempat untuk mendapat perlindungan dan panutan bagi yang lain. Masalah lain juga timbul ketika korban mulai mendapati tekanan atau dibawah ancaman oleh pelaku sehingga seringkali kaum perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tidak berani melapor.
Dengan banyaknya kasus yang menimpa kaum perempuan saat ini penulis sendiri sampai berfikir betapa mengerikannya kita kaum pria saat ini di mata perempuan dan seberapa besar potensi kita sebagai kaum pria dapat menjadi bengis kepada perempuan dan mengapa kita tega melakukan hal itu, mengingat dari berbagai media berita kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak dan perempuan juga dapat dilakukan oleh dan terhadap orang-orang terdekat. Tentunya penulis bisa katakan bahwa "nafsu" birahi yang mendorong semua itu terjadi akan tetapi bagaimana bisa dorongan tersebut benar-benar dapat dilakukan seolah tidak memiliki rasa belas kasih, rasa takut dikemudian hari akan kehilangan masa depan karena masuk penjara, dikucilkan oleh kerabat / tetangga / keluarga karena telah menjadi tersangka serta mendapatkan balasan oleh Allah, tuhan yang maha esa karena pada dasarnya negeri ini dilandasi oleh kepercayaan luhur yang berketuhanan. Faktor-faktor lain seperti kerabat yang tidak baik, media hiburan, alkohol dsb juga mungkin menjadi penyebab terjadinya tindakan kekerasan seksual terhadap kaum perempuan.
Dalam opini penulis melihat bahwa dalam upaya mengurangi tindakan kekerasan seksual tidak hanya dengan menuntut satu pihak saja yakni bukan hanya kaum perempuan yang serta merta diminta menjaga pakaiannya akan tetapi pada diri kita sebagai kaum pria juga perlu mendidik dan mendisiplinkan diri dengan baik sehingga kita dapat menghormati dan menghargai hak-hak perempuan karena kenyataannya perempuan yang sudah menjaga pakaiannyapun masih dapat menjadi korban kekerasan seksual. Tentunya kita juga tidak ingin ketika kelak menjadi ayah nantinya anak-anak perempuan kita dilecehkan dan dijatuhkan martabatnya untuk itu hendaknya kita memiliki kesadaran diri untuk tidak merusak kehidupan orang lain. Jika kita melihat dari sisi spiritual tentu ada banyak wasilah dan nasihat-nasihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam terhadap umatnya, baik laki-laki maupun perempuan.
Rasulullah mengkhawatirkan kaum wanita
Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنِّيْ أُحَرِّجُ عَلَيْكُمْ حَقَّ الضَّعِيْفَيْنِ: اَلْيَتِيْمِ وَالْمَرْأَةِ.
“Sesungguhnya aku mengkhawatirkan hak dua orang yang lemah atas kalian: anak yatim dan wanita.”
Berbuat baiklah kepada kaum wanita
Bukan hanya mengkhawatirkan kaum wanita akan tetapi Rasulullah juga telah meninggalkan pesan untuk kaum pria agar senantiasa berbuat baik kepada kaum perempuan. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهُ، وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.”
Ada banyak sebenarnya wasilah-wasilah nabi tentang perempuan ataupun sikap kaum pria terhadap perempuan, namun hanya dua hal ini yang sekiranya paling menancap diingatan penulis karena nasihat-nasihat itu mungkin sesekali disampaikan dalam kajian-kajian ataupun khatbah jum'at. Ada beberapa poin menurut penulis yang menjadikan Novia pantas dianggap sebagai sosok perubahan dan perlawanan kekerasan seksual:
- ia menyadarkan kaum perempuan yang lain untuk berani berbicara
- ia menyadarkan kita betapa besarnya dampak kekerasan seksual
- ia menyadarkan kita betapa pentingnya dukungan moril terhadap korban kekerasan seksual
- ia menyadarkan kaum pria untuk berani bertanggung jawab
- ia menyadarkan kaum pria untuk mendididik dan mendisiplinkan dirinya sendiri agar tidak melukai orang lain
Keberanian perempuan untuk bicara atas kekerasan seksual yang dialami merupakan langkah yang dapat memberi efek jera kepada pelaku karena dengan begitu anda telah membuka sikap asli pelaku yang kelak menjadi aib bagi dirinya karena telah terungkap sehingga tidak hanya mendapat hukuman secara undang-undang tetapi juga mendapat hukuman sosial seperti dikucilkan atau dijauhi.
Adapun pesan bagi penulis terhadap kaum perempuan adalah bersabar dan senantiasa berdoa kepada tuhan yang maha esa agar dijauhkan dari marabahaya, selalu berhati-hati dalam menjalin hubungan pertemanan dengan laki-laki, karena laki-laki tetaplah laki-laki tidak peduli sudah seberapa lama anda berkenalan baik dengan dirinya hingga keluarganya ia tetap laki-laki yang memiliki potensi menjadi berbahaya dan merusak hidup anda. Kita juga tidak bisa hanya dengan menuntut kaum perempuan untuk menjaga pakaiannya melainkan kita juga perlu mendidik dan mendisiplinkan diri kita sebagai pria untuk menghargai dan menghormati orang lain terkhususnya perempuan, peran keluarga atau orang tua ataupun faktor lingkungan pertemanan juga mungkin bisa berpengaruh maka carilah sebisa mungkin teman-teman yang bisa memberikan dampak positif bagi diri kita.
Jika anda juga merupakan seorang korban kekerasan seksual dan membutuhkan penyembuhan kondisi namun anda tidak berani memberitahu keluarga atau kerabat karena merasa malu atau takut diintimidasi mungkin anda dapat mencoba membaca artikel penyembuhan atas kekerasan seksual di metoomvmt.org yang merupakan gerakan perlawanan terhadap kekerasan seksual secara global, namun jika anda tidak dapat melakukannya sendiri cobalah setidaknya menceritakan masalah yang dialami kepada keluarga pelan-pelan atau dengan melakukan terapi psikologis karena bagaimanapun kejadian yang telah anda alami pastinya masih ada orang-orang yang perduli terhadap diri anda.
Diakhir kata penulis mendoakan alm diampuni atas segala kesilapan dan dosa-dosanya karena bagaimanapun ia juga saudari seiman bagi yang seiman dengannya dan menjadi salah satu sunnah untuk mendoakan saudara seiman sehingga ia mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, ‘Dan bagimu juga kebaikan yang sama.’” (HR. Muslim).