Dalam Sunyi Ku Dekap Mimpi Bersamamu

Ku pandangi pepohonan yang rimbun bergerak lembut terhembus oleh angin. Aku merintis dalam sunyi yang terselimuti dinginnya malam. Jaket hitam tebal ini tidak sanggup menutupi dinginnya malam.

Aku terhempas dalam lamunan saat bersamnya, meskipun lama aku tidak melihatnya. Namun, wajahnya yang selalu membayangi setiap langkah kakiku. Terlelap aku membangun mimpi bersamanya ingin rasanya aku menjalani hidup bersamanya. 

Matanya, matanya sipit sayu seperti menggambarkan dirinya yang sulit ditebak. Alisnya yang rapih srimpit naik turun saat dia hendak berbicara padaku. 

Awalku bertemu dengannya hanya itu yang dapat kulihat. Saat aku menghampirinya, meskipun tertutup selembar kain. Aku merasakan senyumnya yang tulus serasa menusuk hatiku yang rapuh. 

Saat mengobrol, serasa udah kenal lama. Kita ngobrol ngalor ngidul yang diringin dengan senyum tipis. Baknya makan nasi ditambah sayur sup hangat. Nikmat sekali. Mungki itu gambaran kecil, saat kami mengobrol rasanya bahagia sekali. 

Saking asiknya mengobrol membuat kita terlarut lupa waktu. Sampai akhirnya adzan magrib pun tiba. 

Rintihan genting yang di terjang air hujan. Tidak saya hiraukan saat aku hendak mengatarkanya ke tepi jalan. Sejinjing kantong plastik putuh yang kubawa. Seperti halanya segenggam harapan yang kutitipkan bersamanya. 

Meskipun, rasanya tidak mungkin aku bisa menjalani hidup bersamanya. Aku tau dia begitu sempurna. Tak mungkin lah, dia tidak memiliki pacar. Akhirnya aku hanya menitipkan rindu dan harapan dalam dekapnya malam.

Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

Previous Post Next Post