MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN ATAU PROPOSAL KARYA ILMIAH

 



Langkah-Langkah Menyusun Proposal
Penelitian



Agar kegiatan kalian mudah
danhasilnya benar, kalian harus mengikuti langkah-langkah untuk menyususn
kerangka proposal berikut ini:



a. Langkah pertama peneliti
menjelaskan fenomena yang relevan dengan penelitian. Fenomena harus mengandung
masalah yang akan diselesaikan dengan langkah yang dilakukan.



b. Dari masalah ini, peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Masalahnya dapat digambarkan hanya
sebagai apa yang peneliti ingin ketahui dan penyelesaiannya.



c. Tujuan dan manfaat penelitian
dapat dirumuskan secara sekilas untuk sekadar mengetahui bahwa penelitian kalian
memang sesuai dengan tujuannya. Pada titik ini kita setidaknya telah
menyelesaikan Bab I dari pendahuluan.



d. Bab I yang lengkap ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk perumusan judul penelitian yang sederhana. Judul
tidak harus final karena ada waktu untuk merevisinya jika perlu.



e. Bab II Mengumpulkan kajian
pustaka yang sesuai dengan isi proposal yang tergambar pada latar belakang dan
tujuan.



f. Bab III Menentukan metode
penelitian yang akan digunakan untuk menemukan pemecahan masalah. Selanjutnya,
menyimpulkan dan menyususn saran dari proposal berdasarkan uraian pada Bab I
dan Bab II



(Wiwik Dwi Hartuti, 2020: 15-16)



Contoh



Judul            
: 30 Hari Menjadi Anak Nelayan : Kajian Tentang Kehidupan Sosial Keluarga
Nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak - Banten



 



BAB
I
.  PENDAHULUAN



Latar Belakang



Desa
Muara-Binuangeun merupakan desa nelayan  yang terletak di pantai selatan
pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Desa ini tidak hanya memiliki potensi alam, tetapi juga keragaman sosial budaya
yang dikembangkan oleh masyarakat desa tersebut. Kehidupan nelayan di Desa
Muara-Binuangeun dapat dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga
masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang
dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara
fisik masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun
lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan
ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka
mengembangkan organisasii keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas
lokal.



Gambaran kondisi
kemiskinan nelayan Desa Muara-Binuangeun antara lain secara nyata dapat dilihat
dari kondisi fisik berupa kualitas pemukiman mereka. Umumnya desa nelayan
miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi rumah hunian mereka. Rumah-rumah
mereka yang umumnya sangat sederhana, yaitu berdinding bambu, berlantai tanah,
serta dengan fasilitas dan keterbatasan perabot rumah tangga. Selain gambaran
fisik, identifikasi lain yang menonjol di kalangan nelayan miskin adalah
rendahnya tingkat pendidikan anak-anak, pola konsumsi sehari-hari, dan tingkat
pendapatan mereka. Di desa nelayan ini memang ada beberapa rumah yang tampak
megah dengan fasilitas yang memadai, itulah yang merupakan rumah-rumah pemilik
perahu, pedagang perantara atau pedagang ikan.



Kondisi
keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan Desa
Muara-Binuangeun disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor
tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim ikan, keterbatasan sumber
daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan
ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, serta
dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terkurasnya sumber daya
laut secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya peluang dan
kesempatan nelayan untuk melakukan
diverisifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut.



Hal inilah yang kemudian menjadi menarik untuk dikaji
lebih lanjut, yaitu mengenai bagaimana kehidupan sosial-budaya dan kehidupan
sosial-ekonomi keluarga nelayan pada lokasi penelitian yaitu Desa
Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Maka
dari itu, penulis mencoba memberikan gambaran tersebut dengan melakukan
penelitian yang berjudul “30 Hari Menjadi Anak Nelayan : Kajian Tentang
Kehidupan Sosial Keluarga Nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan
Wanasalam, Lebak – Banten”.



Rumusan Masalah



Penelitian ini
memfokuskan pada kajian tentang “kehidupan sosial keluarga nelayan” di bagian
selatan Provinsi Banten, tepatnya pada keluarga nelayan di Desa
Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Persoalan pokok yang hendak dikaji di dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah
konteks dan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat setempat secara resiprokal
berkaitan/berpengaruh pada aktivitas ekonomi nelayan tradisional setempat,
serta bagaimanakah struktur perekonomian masyarakat setempat dibangun dan
dikembangkan atas dasar kehidupan sosial-budaya mereka”.



Kemudian dengan
mengacu pada persoalan pokok diatas, maka masalah-masalah yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut adalah :



1.    Bagaimanakah kehidupan sosial-budaya
keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?



2.    Bagaimanakah kehidupan
sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?



Tujuan Penelitian



Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka informasi yang akan dicari untuk menjawab rumusan
masalah tersebut antara lain adalah konteks dan aspek-aspek sosial-budaya
keluarga nelayan yang terdapat di wilayah penelitian, dan mengidentifikasi
keberkaitan dan atau keberpengaruhan secara resiprokal dari konteks dan
aspek-aspek sosial-budaya setempat pada aktivitas perekonomian masyarakat
nelayan di Desa Muara-Binuangeun.



Untuk mengetahui
hal tersebut, maka tujuan dari mengkaji permasalahan di atas adalah :



1.    Untuk mengidentifikasi dan
mengetahui kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.



2.    Untuk mengidentifikasi dan
mengetahui kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.



Manfaat
Penelitian



Kajian
tentang kehidupan sosial keluarga nelayan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
semua kalangan masyarakat. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:



1.    Bagi peneliti
:
dapat menganalisis bagaimana
kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.



2.    Bagi akademisi : dapat dijadikan
sebagai sumber informasi ataupun referensi bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya. Disamping itu juga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk
yang membacanya.



3.    Bagi masyarakat : penelitian ini
diharapkan akan berkontribusi dalam memberikan informasi dan pemahaman mengenai
kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.



4.    Bagi pemerintah : penelitian ini
dapat dijadikan informasi yang diharapkan dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan.



BAB II.  KAJIAN TEORI



Sistem Sosial dan Ekonomi Masyarakat Nelayan



Sebagaian besar nelayan yang ada di Indonesia tergolong nelayan tradisional
dan buruh nelayan (Kusnadi, 2007:1). Posisi sebagai nelayan tradisonal dan
buruh nelayan ini membuat mereka menjadi sebagai masyarakat yang memiliki akses
terbatas terhadap Sumber Daya Perairan (SDP) dan masih dikendalikan oleh
nelayan besar.
Misalnya saja nelayan besar yang memakai teknologi
baru membuat nelayan tradisional kesulitan dalam menangkap ikan dan buruh
nelayan yang bekerja pada nelayan besar, seolah dibuat tidak bisa lepas dari
kekuasaan nelayan besar tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah
sosial-ekonomi yang sulit diselesaikan oleh para nelayan di Indonesia. Salah
satu implikasinya adalah kemiskinan.



 Satria
(2009b: 25) menggambarkan posisi nelayan di Indonesia dalam sebuah tabel
dibawah ini:



      
Tabel 1 Kondisi Umum Masyarakat Pesisir Di Indonesia Tahun 2002.

























No.



Kondisi
Mastarakat Pesisir



Jumlah



1.



Desa
Pesisir



8.090
desa



2.



Masyarakat
Pesisir


-      
Nelayan


-      
Pembudidaya


-      
Masyarakat Pesisir Lainnya



16.
420.000 jiwa


 4.015.320
jiwa


 2.671.400
jiwa


 9.733.280
jiwa



3.



Prosentase
yang hidup dibawah garis kemiskinan 932,14%)



5.254.400
jiwa




Sumber : DKP
(2007)



Didalam bukunya yang lain, Satria
(2009a: 336), menyebutkan bahwa secara sosiologis karakteristik masyarakat
nelayan  berbeda dengan karakteristik masyarakat petani dalam pengelolaan
atau dalam memanfaatkan lahan untuk mencari nafkah. Nelayan menghadapi sumber
daya yang tidak terkontrol dimana pada saat hasil tangakapan berkurang, maka
nelayan tersebut harus mencari lahan baru. Artinya adalah nelayan lebih
dipengaruhi oleh kondisi alam dan produktifitas mereka mencari  nafkah.
Sementara masyarakat petani dapat mengontrol atau berada pada lahan yang
terkontrol. Pada saat penghasilan mulai berkurang petani dapat melakukan usaha
peningkatan lahan melalui intensifikasi pertanian, mekanisasi pertanian, dan
sebagainya dalam satu lahan yang sama.



Secara garis besar, merujuk pada
penjelasan sebelumnya kemiskinan pada masyarakat nelayan dapat di
klasifikasikan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu kemiskinan
struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural
adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial, ekonomi dan sistem
politik yang tidak kondusif dan selalu berubah – ubah seiring perubahan yang
terjadi pada sistem pemerintahan. Kemiskinan kultural lebih banyak disebabkan oleh
faktor kebudayaan masyarakat misalnya kemalasan, sifat konsumtif, berfikir
fatalistik, dan sebagainya sehingga kondisi masyarakat cenderung lemah.
Sedangkan kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi
alam yang tidak dapat dikontrol  dan sumber daya alam yang terbatas untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan (Satria, 2009:25). Ketiga jenis kemiskinan
ini saling berkaitan satu sama lain. Ketiga jenis kemisikinan ini pulalah yang
mengakibatkan “sistem  patron-klien” dalam sistem pola nafkah nelayan
sampai saat ini berkembang dengan baik. Dimana sistem patron-klien ini bukan
memberikan kesejahteraan, malah memperburuk keadaan nelayan.



Sistem mata pencaharian masyarakat
nelayan yang umumnya tertuju pada sektor perikanan laut, memaksa mereka selalu
selaras dengan alam. Dimana kondisi ini menyebabkan para nelayan bergantung dan
dipengaruhi oleh alam. Karakteristik inilah yang kemudian berimplikasi pada
tingkat pendapatan dan resiko yang mungkin bisa terjadi saat penangkapan ikan
di laut. Untuk mengantisipaasi masalah tersebut, maka jaringan atau relasi
patron-klien yang sangat kuat, beragam, dan mencakup semua segi ekonomi
masyarakat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat nelayan. Relasi
patron-klien ini lebih kuat jika dibandingkan dengan masyarakat lain diluar
nelayan (Kusnadi, 2007: 9).



Relasi patron-klien ini juga
berkembang karena sampai dengan saat ini nelayan masih belum menemukan
lembaga/institusi yang mampu menjamin dan mampu mengakomodasi kebutuhan
sosial-ekonomi nelayan. Satria (2009a), mengutip kembali legg (1983) dalam
Masyhuri (1999), mengungkapkan bahwa hubungan patron-klien secara umum
berkaitan dengan:



“ 1.Hubungan
diantara pelaku yang menguasai sumber daya tidak sama.



 
2.Hubungan yang bersifat khusus merupakan hubungan pribadi yang mengandung
 kekerabatan.



3.Hubungan yang
didasarkan atas asas saling menguntungkan.”



Masalah kemiskinan ini menjadi akar
permasalah dari berbagai permasalahan yang timbul pada masyarakat nelayan.
Sehingga pembangunan yang dikembangkan pada nelayan disamping harus menyentuh
aspek-aspek kelestarian  lingkungan, juga harus melihat bagaimana
menyelesaikan fenomena kemiskinan masyarakat nelayan. Disamping model
pembangunan itu harus berangkat dari kearifan lokal yang dimiliki masyarakat nelayan.



BAB III. 
METODOLOGI  PENELITIAN



Jenis Penelitian



Penelitian tentang kehidupan sosial
keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun ini merupakan penelitian sosial
dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan
subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Hadari Namawi, 1998:63).



Metode Penelitian



Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pemilihan metode ini didasarkan pada jenis data yang ingin
diperoleh yaitu data kualitatif. Disamping itu, untuk mengetahui gambaran
kehidupan sosial keluarga nelayan baik kehidupan sosial-budaya maupun
sosial-ekonomi di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten dengan mengacu pada rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, maka metode kualitatif dianggap paling cocok untuk digunakan dalam
penelitian ini.



Teknik Pengumpulan Data



Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang
diperlukan merupakan dokumen yang terkait dengan karakteristik masyarakat di
lokasi penelitian, seperti data dari pemerintah setempat. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pemerintah desa Muara-Binuangeun
berupa data profil desa, sumber daya yang dimiliki oleh desa, luas dan
batas-batas desa, serta sarana yang dimiliki oleh desa. Sedangkan data primer
diperoleh melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan wawancara mendalam (in
depth interview
) dengan informan atau narasumber. Teknik yang kedua adalah
observasi partisipasi dimana peneliti tinggal di tiga keluarga yang merupakan
subyek penelitian selama 30 hari dan terlibat dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat nelayan, sehingga dapat melihat dan merasakan apa
yang terjadi di lapangan untuk selanjutnya dapat mendeskripsikan hasil dari
observasi yang dilakukan. Kemudian teknik yang ketiga adalah dokumentasi
melalui foto-foto di lapangan. Sementara teknik yang keempat yaitu teknik
triangulasi yang dilakukan/digunakan pada saat data yang diperoleh terkesan
simpang siur atau validitas dan kredibilitasnya diragukan.



Lokasi Dan Waktu Penelitian



Penelitian ini akan dilaksanakan di
Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Penentuan
lokasi penelitian ini dilakukan secara porposive (sengaja) dengan
beberapa pertimbangan diantaranya adalah penelitian ini merupakan penelitian
tentang kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun yang
merupakan salah satu desa nelayan di Kabupaten Lebak, Banten. Sedangkan waktu
penelitian dimulai dari minggu kedua Juni 2010 sampai dengan minggu keempat
Oktober 2010. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut.



Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian




































































































No



Jenis Kegiatan



Waktu Pelaksanaan



1.     
 



Menentukan judul penelitian



Juni minggu ke-2



2.     
 



Menyusun Rumusan Masalah



Juni minggu ke-2



3.     
 



Mencari Data Pendukung



Juni minggu ke-2-3



4.     
 



Menyusun Metode Penelitian



Juni minggu ke-3



5.     
 



Penyusunan Proposal Penelitian



Juni minggu ke-4 – Juli minggu ke-1



6.     
 



Evaluasi



Juli minggu ke-1



7.     
 



Pengajuan Proposal Penelitian



Juli minggu ke-2



8.     
 



Menyusun panduan pertanyan  untuk studi awal



Juli minggu ke-3



9.     
 



Terjun lapangan pertama (Observasi Awal)



Juli minggu ke-4



10.   



Analisis data dan evaluasi



Agustus minggu ke-1-2



11.   



Menyusun panduan pertanyaan untuk observasi



Agustus minggu ke-3



12.   



Persiapan Observasi dan Pengumpulan data



Agustus minggu ke-4



13.   



Observasi dan Pengumpulan Data



September minggu ke-1-3



14.   



Analisis Data



September minggu ke-4



15.   



Evaluasi



Oktober minggu ke-1



16.   



Pengetikan Karya Tulis



Oktober minggu ke-2



17.   



Evaluasi



Oktober minggu ke-3



18.   



Penyempurnaan Karya Tulis



Oktober minggu ke-4




 



Instrumen Penelitian



Instrumen penelitian pada awalnya
adalah peneliti sendiri kemudian setelah fokus penelitian menjadi jelas,
peneliti mengembangkan instrumen lain seperti foto untuk dokumentasi, panduan
pertanyaan pengarah, catatan harian dan sarana untuk pengetikan. Dengan instrumen
sederhana ini, diharapkan dapat mempertajam dan melengkapi data yang diperoleh
di lapangan.



Teknik Analisis Data



Teknik analisis data pada
penelitian ini disesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu
penelitian kualitatif. Analisis data ini mengikuti konsep Miles and Huberman
dan Spradley. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009: 91), mengemukakan
bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus dengan selesai sehingga data yang diperoleh bersifat
jenuh. Aktifitas dalam analisis data ini diantaranya adalah data reduction,
data display, dan data conclusion drawing/verification.



Pada saat turun lapang pertama,
diperoleh data yang bermacam-macam dan tidak tersusun dengan benar. Data
tersebut tetap dikumpulkan dan dikoleksi sebanyak-banyaknya. Kemudian data yang
beranekaragam dan terkumpul secara tidak beraturan tersebut direduksi. Setelah
dilakukan reduksi data, selanjutnya data tersebut dijabarkan satu persatu
menurut kebutuhan data penelitian dan diurutkan secara sistematis sehingga akan
lebih mudah dipahami dan akan menentukan arah penelitian selanjutnya. Tahap ini
biasanya disebut dengan tahap penentuan fokus penelitian, aktifitasnya adalah
dengan mendisplaykan data sehingga diperoleh gambaran umum fokus penelitian
yang akan dikaji lebih dalam. Setelah fokus penelitian ini menjadi lebih jelas,
maka penelitian dilanjutkan berdasarkan fokus penelitian tadi. Data-datanyapun
terfokus pada aspek yang menjadi fokus penelitian.



Tahap selanjutnya yaitu tahap selection,
aktifitas analisis data pada tahap ini membuat suatu kesimpulan dari data yang
diperoleh, memilih data yang diperlukan, membuat kategorisasi data yang
diperlukan dan membuang data yang tidak dipakai. Aktifitasnya biasa disebut
dengan conclusion drawing/veryfying. Berikut ini adalah gambar aktifitas
analisis data menurut Miles and Huberman.



 



 REFERENSI



Garna,
Judistira K. 1999. Metoda Penelitian : Pendekatan Kualitatif. Bandung:
Primaco Akademika



Kusnadi.
2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Jember : Tim Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir (PSKP).



Masyhuri
dan Mochammad Nadjib. 2000. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal : Sebuah Uji
Model Penanganan Kemiskinan
. Jakarta : Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan –
LIPI.



Nawawi,
Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.



Satria,
Arif. 2009a. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta : LKIS.



________.
2009b. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor : IPB Press.



Sugiyono.
2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.



(http://fendi-wiranata.blogspot.co.id/2012/03/contoh-proposal-penelitian-lkir-dikutip.html)



 



 



Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

Previous Post Next Post