PENDIDIKAN ISLAM PADA
MASA JEPANG
A.
Masa Penjajahan Jepang
Jepang masuk ke Indonesia pada tanggal 11 januari
1942 menduduki Tarakan, Kalimantan Timur kemudian terus memasuki daerah-daerah
lain di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, jawa, Sumatra & daerah lain). Dan
jepang menjajah
setelah mengusir pemerintah Hindia Belanda, situasi & keadaan pada waktu
itu adalah berada dalam perang Dunia ke II.

Dalam perang pasifik (perang dunia ke II), jepang memenangkan
peperangan pada tahun 1942 berhasil merebut
Perpindahan kekuasaan ini terjadi ketika kolonial belanda menyerah tanpa
sayarat kepada sekutu. Penjajahan jepang di
mempunyai konsep hokko ichiu (kemakmuran bersama asia raya) dengan semboyan
asaa untuk
mendirikan lingkungan kemakmuran bersama
timur raya pada tahun 1940. Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas
delapan daerah yakni: manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai,
dan
disebut dengan hakko I chi-u (delapan benang dibawah satu atap). Setelah
Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan
akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942
Pada babak pertamanya pemerintah jepang menampakkan diri seakan-akan
membela kepentingan Islam. Untuk mendekati umat Islam
mereka menemuh kebijakan antara lain[1]:
1. Mengubah
Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim
Asy’ari.
2. Pondok
pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
3. sekolah
negri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama
4. Mengizinkan
pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran
bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin.
5. Mengizinkan
berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim,
Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.
6. Diizinkannya
ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang
belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan
7. Diizinkannya meneruskan oeganisasi
persatuan yang disebut: Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat
kemasyarakatan.
Maksud dari emerintah jepang adalah supaya kekuatan umat Islam dapat
dibina untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang dipimpin oleh jepang.
Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan juga oleh umat islam untuk bagkit
memberontak melawan jepang sendiri. Perang Dunia ke II menghebat, beberapa
tahun menjelang berakhirnya perang itu tampak jelas betapa beratnya jepang
menghadapi musuh dari luar & oposisi dari rakyat
Sewaktu di Indonesia jepang menampakkan diri sebagai penjajah yang
sewenang-wenang & lebih kasar daripada penjajah Belanda. Kekayaan bumi
dikumpulkan secara paksa untuk membiyai perng Asia Timur Raya, sehigga rakyat
menderita kelaparan & hamper telanjang karena kekurangan pakaian &
rakyat juga dikerahkan kerja keras untuk kepentingan perang.
B. Pendidikan Islam Pada Masa Jepang
Pendidikan Islam pada zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun
1942-1945, sebab bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di
Pendidikan pada masa jepang di
memperlihatkan gambaran yang buruk bila dibandingkan dengan masa pemerintahan
Belanda. Sebagai gambaran adalah, jumlah sekolah dasar dari 21.500 menurun
menjadi 13.500, sekolah lanjutan dari 850 dari 20. Perguruan tinggi terdiri 4
buah, tidak dapat melakukan kegiatannya. Jumlah murid SD merosot 30%, sekolah
menengah 90%.
aktif sekitar 5% (Poesponegoro, 1984, jilid VI, 51).
Di samping membuka sekolah-sekolah yang pernah
diasuh oleh Belanda, jepang juga mengizinkan untuk membuka sekolah-sekolah yang
diasuh badan-badan swasta, termasuk di antaranya sekolah-sekolah Islam.
Secara
umum pendidikan Islam di Indonesia, terkait kepada dua hal, pertama terkait
dengan kondisi & situasi yang sangat mempengaruhi sekali tentang
pendidikan. Kedua, Kebijakan jepang terhadap Islam, Sejauh yang diamati dalam
lintasan sejarah Indonesia ada dua hal pula yang perlu disentuh dalam hal ini,
yaitu sikap & pandangan umat Islam
terhadap jepang & sikap serta pandangan jepang terhadap umat Islam
Indonesia, Umat Islam pada masa awal masuknya jepang ke Indonesia penuh dengan
harapan, bahwa kemerdekaan bangsa
Indonesia dapat terwujud dengan masuknya jepang ke Indonesia & terusirnya
Belanda.
Dari
pihak jepang sendiri pun tidak kalah kepentingannya terhadap umat Islam di
Indonesia, sebab jumlah kekuatan umat Islam yang mayoritas di
dasar kekuatan untuk menghadapi perang pasifik, perang Asia Timur Raya. Karena
itu jepang selalu mengulang-ulang menyampaikan maksudnya menghormati &
menghargai Islam. Di depan ulama, Letnan Jendral Imamura, pejabat militer
jepang tertinggi di Jawa menyampaikan pidato yang isinya baha pihak Jepang
bertujuan untuk melindungi & menghormati Islam (Benda, 198: 153).[2]
Kebijakan
Jepang dalam pendidikan Islam adalah mengawasi secara langsung sekolah guru
& perguruan tinggi oleh mereka sendiri. Diantara aturan-aturan yang
ditegaskan oleh pemerintah jepang dalam bidang pendidikan Islam adalah pada
tahun 1943 melarang pengajaran Agama yang tidak wajib disekolah-sekolah
lanjutan negeri. Selanjutnya dibulan yang sama didirikanlah organisasi yang
bernama Pergaboengan Goeroe Islam
Islam yang di bentuk oleh pemerintah jepang. (Benda:63-164)
[2] Haidar
Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Islam
& Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,