Falsafah Puasa Ramadhan

filosofi puasa ramadhan
Puasa, Menjadi Arjuna

Arjuna dalam pewayangan merupakan salah satu tokoh dari lima bersaudara Pandawa. Pandawa terdiri dari lima orang yaitu, Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Dalam syiar Islam di Indonesia, kelima tokoh pandawa ini mempresentasikan rukun Islam. Arjuna sebagai saudara ketiga, identik dengan ibadah Puasa.

Silahkan Baca: Islam dalamPewayangan

Sosok Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan, lemah lembut, pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, senang tirakat dan idola kaum wanita. Arjuna merupakan rangkaian dari suku kata Ar, ju dan na. Ar kependekan dari kata Arsa, artinya akan atau mengharapkan, Ju kependekan dari kata maju, dan Na kependekan dari kata rahina, artinya terang karena penerangan dari langit atau agama. Jadi, ARJUNA bermakna mengharapkan kemajuan atau kesuksesan ruhani (agama). Sejalan dengan amalan ibadah Puasa, bagi yang berpuasa akan menjadikan hatinya suci. Karenanya Tuhan berkenan mengaruniakan petunjuk, yang membuat hatinya penuh cahaya rohani.  Oleh karena itu sejarah membuktikan bahwa sebelum para nabi menerima petunjuk (wahyu), biasanya mereka melakukan puasa lebih dahulu atau tirakat.

Arjuna sebagai tokoh yang tampan mengisaratkan bahwa Ibadah Puasa di bulan Ramadhan memiliki pesona pahala luar biasa, yang menarik hati kaum Muslim untuk mengamalkannya. Sedangkan keahliannya dalam bertempur dan memanah, merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata untuk melawan hawa nafsu. Sifat lemah lembut Arjuna merupakan manifestasi kasih sayang orang yang berpuasa kepada sesamanya. Saat berpuasa kita merasakan sebuah pengalaman riil menjadi orang yang terbatas dengan makanan. Hal ini diharapkan bisa menumbuhkan rasa empati serta jiwa sosial kita dengan banyak bersedekah.

Puasa, Seperti Jari Tengah

Arjuna dikenal juga sebagai Ksatria Penengah, maka jika kita menilik lima jari tangan kita maka Arjuna seperti jari tengah. Sebagaiman tokoh Pandawa, kelima jari tangan kita juga bisa menjadi simbol kelima rukun Islam. Nah, untuk puasa, jari tengah menjadi simbolnya.


Jari tengah letaknya berada ditengah (ya jelas OM, mosok dipinggir), jika disejajarkan dengan jari lain maka posisinya menjadi paling tinggi. Jika dikaitkan dengan puasa, maka orang yang berpuasa akan memperoleh derajat rohani yang tinggi di hadapan Allah SWT.

Jari tengah juga terlihat menjadi penyeimbang bagi jari-jari lainnya. Seperti halnya puasa, orang yang menjalankannya bisa menyeimbangkan emosi sehingga mengendalikan hawa nafsunya. Karenanya terhindar dari segala pengaruh keburukan dan godaan maksiat.

Saat berpuasa, jangankan yang haram atau yang dilarang, barang-barang atau hal-hal yang halalpun kita tinggalkan. Menjadi pelajaran hikmah yang begitu luhur, mentarbiyati kehidupan jasmani dan rohani kita untuk menjadi insan yang lebih baik.

Sumber dari tulisan saya sebelumnya:
-Falsafah Jari Tangan dan Rukun Islam
-Islam dalam Pewayangan

Please Select Embedded Mode For Blogger Comments

Previous Post Next Post